Lia adalah yang tergolong imut dan manis untuk gadis seusianya. Entah
kenapa, aku ingin sekali bersetubuh dengan Lia, aku ingin menikmati rasanya
lubang kelamin Lia, yang kubayangkan pastilah masih sangat sempit. Ahhh..
nafsuku kian membara karena memikirkan hal itu. Aku mencoba mencari akal,
bagaimana caranya agar keperawanan Lia bisa kudapatkan dan kurasakan. Kutunggu
saja waktu tepatnya dengan sabar. Tidak terasa, selesailah film panas yang
sedang kami tonton. Suara Lia akhirnya memecahkan keheningan.
“Oom, tuh tititnya berdiri lagi.” kata Lia sambil menunjuk ke arah batang
kemaluanku yang memang sedang tegang.“Iya nih Lia, tapi biarin saja deh, gimana
dengan filmnya?” jawabku santai.“Bagus kok Oom, persis seperti apa yang papa
dan mama lakukan, dan Lia ada beberapa pertanyaan buat Oom nih.” Lia sepertinya
ingin menanyakan sesuatu.“Pertanyaannya apa?” tanyaku.“Kenapa sih, kalo olahraga
gituan harus masukin titit ke… apa tuh, Lia ngga ngerti?” tanya Lia.“Oh itu..,
itu namanya titit dimasukkan ke lubang kencing atau disebut juga lubang memek,
pasti papa Lia juga melakukan hal itu ke mama kan?” jawabku menerangkan.“Iya
benar Oom, papa pasti masukin tititnya ke lubang yang ada pada memek mama.” Lia
membenarkan jawabanku.“Itulah seninya olahraga beginian Lia, bisa dilakukan
sendiri, bisa juga dilakukan berdua, olahraga ini khusus untuk dewasa.” kataku
memberi penjelasan ke Lia.“Lia sudah boleh ngga Oom.. melakukan olahraga
seperti itu?” tanya Lia lagi.
Ouw.. inilah yang aku tunggu.. dasar rejeki.. selalu saja datang
sendiri.“Boleh sih, dengan satu syarat jangan bilang sama mama dan papa.”
jelasku.Terang saja aku membolehkan, sebab itulah yang kuharapkan.“Lia harus
tahu, jika Lia melakukan olahraga beginian akan merasa lelah sekali tetapi juga
akan merasakan enak.” tambahku.“Masa sih Oom? Tapi kayaknya ada benarnya juga
sih, Lia lihat sendiri mama juga sepertinya merasa lelah tapi juga merasa
keenakan, sampai menjerit-jerit lho Oom, malahan kadang seperti mau nangis.”
Lia yang polos rupanya sudah mulai tertarik dan sepertinya ingin tahu bagaimana
rasanya.“Emang gitu kok. Ee…, mumpung masih siang nich, mama Lia juga masih
lama pulangnya, kalo Lia memang ingin olahraga beginian, sekarang saja gimana?”
aku sudah tidak sabar ingin melihat pesona kemaluannya Lia, pastilah luar
biasa.
“Ayolah!” Lia mengiyakan.Memang rasa ingin tahu anak gadis seusia Lia
sangatlah besar. Ini adalah hal baru bagi Lia. Segera saja kusiapkan segala
sesuatunya di otakku. Aku ingin Lia merasakan apa yang belum pernah dirasakan
sebelumnya. Kaos singlet yang menempel di tubuhku telah kulepas. Aku sudah
telanjang bulat dengan batang kejantananku mengacung-ngacung keras dan tegang.
Baru pernah seumur hidupku, aku telanjang di hadapan seorang gadis belia
berumur 12 tahun. Lia hanya tersenyum-senyum memandangi batang kemaluanku yang
berdiri dengan megahnya. Mungkin karena kebiasaan melihat papa dan mamanya
telanjang bulat, sehingga melihatku telanjang bulat merupakan hal yang tidak
aneh lagi bagi Lia.
Kusuruh Lia untuk membuka seluruh pakaiannya. Awalnya Lia protes, tetapi
setelah kuberitahu dan kucontohkan kenapa mama Lia telanjang bulat, dan kenapa
ceweknya Tarzan juga telanjang bulat, sebab memang sudah begitu seharusnya.
Akhirnya Lia mau melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat Lia melepaskan
pakaiannya dengan mata tidak berkedip. Pertama sekali, lepaslah pakaian sekolah
yang dikenakannya, lalu rok biru dilepaskan juga. Sekarang Lia tinggal
mengenakan kaos dalam dan celana dalam saja.Di balik kaos dalamnya yang cukup
tebal itu, aku sudah melihat dua benjolan kecil yang mencuat, pastilah puting
susunya Lia yang baru tumbuh. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Lia sudah membuka
kaos dalamnya itu dan seperti apa yang kubayangkan, puting susu Lia yang masih
kuncup, membenjol terlihat dengan jelas di kedua mataku. Puting susu itu begitu
indahnya. Lain sekali dengan yang biasa kulihat dan kurasakan dari wanita malam
langgananku, rata-rata puting susu mereka sudah merekah dan matang, sedangkan
ini, aku hanya bisa menelan ludah.
Payudara Lia memang belum nampak, sebab karena faktor usia. Akan tetapi
puting susunya sudah mulai menampakkan hasilnya. Membenjol cukup besar dan
mencuat menantang untuk dinikmati. Warna puting susu Lia coklat kemerahan, aku
melihat puting susu itu menegang tanpa Lia menyadarinya. Lalu Lia melepaskan
juga celana dalamnya. Kembali aku dibuatnya sangat bernafsu, kemaluan Lia masih
berupa garis lurus, seperti kebanyakan milik anak-anak gadis yang sering
kulihat mandi di sungai. Vagina yang belum ditumbuhi bulu rambut satu pun,
masih gundul. Aku sungguh-sungguh melihat pemandangan yang menakjubkan ini.
Terbengong-bengong aku dibuatnya.
“Oom, udah semua nih, udah siap nih Oom.”Aku tersentak dari lamunan begitu
mendengar Lia berbicara.“Oke, sekarang dimulai yaaa…?”Kuberi tanda ke Lia
supaya tiduran di sofa. Pertama sekali aku meminta ijin ke Lia untuk
menciuminya, Lia mengijinkan, rupanya karena sangat ingin atau karena Lia
memang sudah mulai menuruti nafsunya sendiri, aku kurang tahu. Yang penting
bagiku, aku merasakan liang perawannya dan menyetubuhinya siang ini.
Aku ciumi kening, pipi, hidung, bibir dan lehernya. Kupagut dengan mesra
sekali. Kubuat seromantis mungkin. Lia hanya diam seribu bahasa, menikmati
sekali apa yang kulakukan kepadanya.Setelah puas aku menciuminya, “Lia, boleh
ngga Oom netek ke Lia?” tanyaku meminta.“Tapi Oom, tetek Lia kan belon sebesar
seperti punya mama.” kata Lia sedikit protes.“Ngga apa-apa kok Lia, tetek
segini malahan lebih enak.” kilahku meyakinkan Lia.“Ya deh, terserah Oom saja,
asalkan ngga sakit aja.” jawab Lia akhirnya memperbolehkan.“Dijamin deh ngga
sakit, malahan Lia akan merasakan enak dan nikmat yang tiada tara.” jawabku
lagi.
Segera saja kuciumi puting susu Lia yang kiri, Lia merasa geli dan
menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Lia mulai mengalami
penegangan total. Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu tersebut bergantian.
Lia melenguh menahan geli dan nikmat, aku terus menyusu dengan rakusnya,
kusedot sekuat-kuatnya, kutarik-tarik, sedangkan puting susu yang satunya lagi
kupelintir-pelintir.“Oom, kok enak banget nihhh… oohhh… enakkk…” desah Lia
keenakan.Lia terus merancau keenakan, aku sangat senang sekali. Setelah sekian
lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu sudah
memerah dan sangat tegangnya. Lia sudah merasa mabuk oleh kenikmatan. Aku
bimbing tangannya ke batang kemaluanku.
“Lia, kocok dong tititnya Oom Agus.” aku meminta Lia untuk mengocok batang
kemaluanku.Lia mematuhi apa yang kuminta, mengocok-ngocok dengan tidak
beraturan. Aku memakluminya, karena Lia masih amatir, sampai akhirnya aku
justru merasa sakit sendiri dengan kocokan Lia tersebut, maka kuminta Lia untuk
menghentikannya. Selanjutnya, kuminta Lia untuk mengangkangkan kedua kakinya
lebar-lebar, tanpa bertanya Lia langsung saja mengangkangkan kedua kakinya
lebar-lebar, aku terpana sesaat melihat vagina Lia yang merekah. Tadinya
kemaluan itu hanya semacam garis lurus, sekarang di hadapanku terlihat dengan
jelas, buah klitoris kecil Lia yang sebesar kacang kedelai, vaginanya merah
tanpa ditumbuhi rambut sedikit pun, dan yang terutama, lubang kemaluan Lia yang
masih sangat sempitnya. Jika kuukur, hanya seukuran jari kelingking lubangnya.
Aku lakukan sex dengan mulut, kuciumi dan hisap kemaluan Lia dengan lembut,
Lia kembali melenguh. Lenguhan yang sangat erotis. Meram melek kulihat mata Lia
menahan enaknya hisapanku di kemaluannya. Kusedot klitorisnya. Lia menjerit
kecil keenakan, sampai tidak berapa lama.“Oom, enak banget sih, Lia senang
sekali, terussinnn…” pinta Lia.Aku meneruskan menghisap-hisap vagina Lia, dan
Lia semakin mendesah tidak karuan. Aku yakin Lia hampir mencapai puncak orgasme
pertamanya selama hidup.“Oommm… ssshhh… Lia mau pipis nich..”Lia merasakan ada
sesuatu yang mendesak ingin keluar, seperti ingin kencing.“Tahan dikit Lia…
tahan yaaa…” sambil aku terus menjilati, dan menghisap-hisap kemaluannya.“Udah
ngga tahan nich Oommm… aahhh…”Tubuh Lia mengejang, tangan Lia berpegangan ke
sofa dengan erat sekali, kakinya menjepit kepalaku yang masih berada di antara
selangkangannya.
Lia ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Aku senang
sekali, kulihat dari bibir lubang perawannya merembes keluar cairan cukup
banyak. Itulah cairan mani nikmatnya Lia.“Oohhh… Oom Agus… Lia merasa lemes dan
enak sekali… apa sih yang barusan Lia alami, Oom…?” tanya Lia antara sadar dan
tidak.“Itulah puncaknya Lia.., Lia telah mencapainya, pingin lagi ngga?” tanyaku.“Iya..
iya.. pingin Oom…” jawabnya langsung.Aku merasakan kalau Lia ingin merasakannya
lagi. Aku tidak langsung mengiyakan, kusuruh Lia istirahat sebentar, kuambilkan
semacam obat dari dompetku, obat dopping dan kusuruh Lia untuk meminumnya.
Karena sebentar lagi, aku akan menembus lubang perwannya yang sempit itu, jadi
aku ingin Lia dalam keadaan segar bugar.
Tidak berapa lama, Lia kulihat telah kembali fit.“Lia… tadi Lia sudah
mencapai puncak pertama, dan masih ada satu puncak lagi, Lia ingin mencapainya
lagi kan..?” bujukku.“Iya Oom, mau dong…” Lia mengiyakan sambil
manggut-manggut.“Ini nanti bukan puncak Lia saja, tetapi juga puncak Oom Agus,
ini finalnya Lia” kataku lagi menjelaskan.“Final?” Lia mengernyitkan dahinya
karena tidak paham maksudku.“Iya, final.., Oom ingin memasukan titit Oom ke
lubang memek Lia, Oom jamin Lia akan merasakan sesuatu yang lebih enak lagi
dibandingkan yang tadi.” akhirnya aku katakan final yang aku maksudkan.“Ooh ya,
tapi.. Oom.. apa titit Oom bisa masuk tuh? Lubang memek Lia kan sempit begini
sedangkan tititnya Oom.. gede banget gitu…” Lia sambil menunjuk lubang
nikmatnya.“Pelan-pelan dong, ntar pasti bisa masuk kok.. cobain ya..?” pintaku
lagi.“Iya deh Oom…” Lia secara otomatis telah mengangkangkan kakinya
selebar-lebarnya.
Kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang vagina Lia yang masih super sempit
tersebut. Begitu menyentuh lubang nikmatnya, aku merasa seperti ada yang
menggigit dan menyedot kepala kemaluanku, memang sangat sulit untuk
memasukkannya. Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin Lia
merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, kepala kemaluanku bisa
masuk, Lia mengaduh dan menjerit karena merasa perih. Aku menyuruhnya menahan.
Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk sedikit meredam rasa perih,
selanjutnya kutekan kuat-kuat.“Blusss…”Lia menjerit cukup keras, “Ooommm…
tititnya sudaaahhh masuk… kkaahhh?”“Udah sayang… tahan ya…” kataku sambil
mengelus-ngelus rambut Lia.
Aku mundurkan batang kemaluanku. Karena sangat sempitnya, ternyata bibir
kemaluan Lia ikut menggembung karena tertarik. Kumajukan lagi, kemudian mundur
lagi perlahan tetapi pasti. Beberapa waktu, Lia pun sepertinya sudah merasakan
enak. Setelah cairan mani Lia yang ada di lubang perawannya semakin membanjir,
maka lubang kenikmatan itu sudah sedikit merekah. Aku menggenjot maju mundur
dengan cepat. Ahhh.. inikah kemaluan perawan gadis imut. Enak sekali ternyata.
Hisapannya memang tiada duanya. Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku,
kulihat juga keringat Lia pun sudah sedemikian banyaknya.
Sambil kuterus berpacu, puting susu Lia kumainkan, kupelintir-pelintir
dengan gemas, bibir Lia aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya. Aku
merasakan Lia sudah keluar beberapa kali, sebab aku merasa kepala batang
kemaluanku seperti tersiram oleh cairan hangat beberapa kali dari dalam lubang
surga Lia. Aku ganti posisi. Jika tadi aku yang di atas dan Lia yang di bawah,
sekarang berbalik, aku yang di bawah dan Lia yang di atas. Lia seperti
kesetanan, bagaikan cowboy menunggang kuda, oh enak sekali rasanya di batang
kemaluanku. Naik turun di dalam lubang surga Lia.
Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku sudah dekat. Kubalik
lagi posisinya, aku di atas dan Lia di bawah, kupercepat gerakan maju mundurku.
Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku, kubenamkan seluruh
batang kemaluanku. Aku menegang hebat.“Crruttt… crruttt…”Cairan maniku keluar
banyak sekali di dalam lubang kemaluan Lia, sedangkan Lia sudah merasakan
kelelahan yang amat sangat. Aku cabut batang kemaluanku yang masih tegang dari
lubang kemaluan Lia. Lia kubiarkan terbaring di sofa. Tanpa terasa, Lia
langsung tertidur, aku bersihkan lubang kelaminnya dari cairan mani yang
perlahan merembes keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong
gadis kecilku itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yang terkulai lelah
dan sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya.
Terima kasih Lia atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba.
Keesokan harinya, Lia mengeluh karena masih merasa perih di vaginanya,
untungnya Tante Linda tidak tahu. Hari berlalu terus. Sering kali aku melakukan
olahraga senggama dengan Lia, tentunya tanpa sepengetahuan Oom Joko dan Tante
Linda.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar