Erni, Diperkosa Ramai-ramai
Aku
terbangun dengan kepala pening dan mengingat-ngingat apa yang terjadi,
tanganku rasanya nyeri sekali, sesaat kemudian aku sadar ternyata
tanganku terikat ke atas pada papan yang melintang dengan tali tambang
yang kuat, aku tergantung di situ cukup tinggi, aku melihat ke bawah,
dan melihat kakiku yang juga terikat tidak mencapai lantai, aku
tersentak kaget menyadari tergantung dalam keadaan telanjang bulat,
tanpa busana sama sekali.
Lalu
kudengar erangan dan rintihan wanita, yang rasa-rasanya aku mengenali
suara itu, saat pandanganku mulai jernih, aku melihat ternyata aku tidak
sendiri di ruangan itu, di tengah ruangan ada meja kecil, dan di atas
meja tersebut tampak sesosok tubuh gadis berkulit putih dalam keadaan
tubuh nyaris telanjang bulat, hanya tersisa BH yang menutup payudaranya
yang membukit indah, tali kutangnya telah terlepas sehingga semrawut dan
menampakkan sebagian besar kulit putih mulus yang menggunung itu.
Tangan gadis itu terikat di belakang punggung, meja kecil itu hanya
dapat menampung punggung gadis itu, sehingga kepala gadis itu jatuh
menengadah. Di depan gadis itu tampak seorang pemuda bugil sedang
memeluk kedua paha gadis itu yang tersandar di pundak kiri kanannya,
sambil membuat gerakan maju mundur. Suara rintihan yang kudengar berasal
dari gadis itu, samar-samar masih dapat kudengar, “Ooohh… amppunnnn…
akkhh… ooohhh… jangann… jangannn… oh.. sakit..”
Darahku
tersirap menyadari bahwa suara itu sangat mirip Erni, atau memangkah
gadis yang sedang diperkosa itu Erni? Aku tidak pernah melihat Erni
telanjang, tapi tubuh indah di atas meja itu memang seperti postur tubuh
Erni. Setelah beberapa saat pandanganku semakin jelas, tampaklah bahwa
gadis itu memang Erni! Sweater, kaos dalam, celana jeans, dan celana
dalam Erni tampak berserakan di lantai. Aku melihat perkosaan itu dengan
marah, namun aku tak berdaya menolong karena menolong diri sendiri saja
aku tidak mampu, dan entah mengapa, setelah beberapa saat melihat Erni
yang tak berdaya dalam keadaan nyaris bugil, tak dapat ditahan batang
kemaluanku pelan-pelan menegang keras.
Pria yang
sedang memperkosa Erni terus memompa batang kemaluannya masuk ke dalam
liang kemaluan Erni. Tampak Erni berusaha mengatupkan pahanya namun pria
itu melebarkan kaki Erni sehingga berbentuk huruf V, dan terus memompa
masuk dengan buas, kemudian tangannya menyentakkan BH Erni dengan kasar
dan tampaklah bukit kembar Erni terpentang bebas, membusung menantang
dan sangat menggairahkan, bahkan dalam posisi dada yang agak tertarik
karena kepala Erni yang menengadah ke bawah. Payudara itu masih tampak
montok dan padat, pemerkosa itu terus memompa sambil tangannya
meremas-remas payudara Erni itu.
Tiba-tiba
pintu terbuka, dan muncul sekitar 3 pemuda yang berpakaian lengkap,
mereka tertawa-tawa melihat temannya sedang memperkosa Erni, salah satu
melihat padaku dan berkata, “Eh, lihat.. pacarnya sudah bangun!” semua
mata pemuda itu tertuju padaku, “Eh… liat tuh! dia ngaceng juga… mau
******* pacarnya… tapi keduluan, si Doel sudah duluan jebolin
keperawanan pacarnya, hahaha…!”
Pemuda bugil yang sedang memperkosa
Erni, yang dipanggil Doel itu, menyeringai. Lalu ketiga pemuda yang baru
datang itu mendekatiku, “Hei *******! Itu pacar kamu kan!” Aku diam
saja, lalu satu tinju mendarat di perutku hingga perutku perih rasanya,
“Kamu bisu ya? cewek itu pacar kamu bukan?” Terpaksa aku menjawab lirih
dan menjelaskan kami saudara sepupu.
“Oh.. kakak
kamu toh… Hm.. kepengen nggak kamu ******* kakak sendiri? Di liat dari
****** elo sih.. elo pingin.. hahaha…” Aku marah sekali, saat itu
kemaluanku telah lemas kembali karena birahiku yang tak sengaja muncul
tadi telah hilang. Doel rupanya telah selesai memperkosa Erni, ia lalu
menuntun Erni yang tampak sudah lemah ke tempat kami, “Ini nih… gue mau
liat kakak adik ngent*tan!” katanya tertawa, kemudian Erni ditampar
dengan kuat, hingga Erni menangis, “Elo harus kulum tuh peler adik elo,
cepat! Kalo nggak gua potong peler adik elo dan pentil susu elo!” Doel
lalu melepaskan ikatan tangan Erni dan mendorong Erni ke arahku, dengan
terpaksa Erni mendekatiku yang masih tergantung, kemudian dengan
ragu-ragu mulutnya menyentuh ujung batang kemaluanku, walau hanya
tersentuh sedikit, aku tak dapat menahan dan batang kemaluanku
perlahan-lahan menegang, “Ayo makan tuh peler! cepat!” Seorang pemuda
mengeluarkan pisau lipat dari sakunya dengan sikap mengancam, terpaksa
Erni mulai mengulum kemaluanku dan menggerakkannya maju mundur, sehingga
batang kemaluanku mengacung dengan keras sepanjang 12 cm.
“Ayo masukin
batangnya ke dalam mulut sampai habis! jangan keluarin dari mulut kamu
sampai gua perintahin!” Dengan ketakutan Erni mengulum batang kemaluanku
dalam-dalam dan menggerakkannya maju mundur, sehingga mulutnya yang
mungil tampak penuh dan sesekali pipinya menggembung oleh kepala
kemaluanku, tak berapa lama aku tak tahan lagi dan orgasme, Erni tampak
kaget merasakan cairan kental dan hangat berkali-kali menyemprot
kerongkongannya, namun ia tidak berani melepaskan mulutnya dari batang
kemaluanku, ia berusaha membuang spermaku walau telah banyak tertelan
olehnya, beberapa tetes spermaku keluar mengalir dari bibirnya.
“Wah, adik
elo payah banget! sudah tongkolnya kecil, cepat keluar lagi!”
pemuda-pemuda itu mengejekku lalu mereka mendekat dan menjambak rambut
Erni, “Elo harus liat gimana caranya!” kata salah seorang pemuda sambil
menyeringai padaku. Mereka lalu membuka baju hingga bugil, keempat
pemuda yang telah telanjang bulat itu lalu menelungkupkan Erni di atas
meja, sehingga payudara Erni menempel di atas meja dan Erni dalam posisi
menungging, kemudian dengan buas mereka mulai memperkosa Erni secara
bergantian, sehingga Erni menjerit-jerit dan melolong histeris, batang
kemaluan mereka rata-rata besar dan panjang, sekitar 16 cm lebih, dan
secara bergantian kemaluan-kemaluan itu mengaduk-aduk liang kemaluan
Erni yang semakin lama semakin lemas. Erni disenggamai bergantian oleh
mereka berempat dengan posisi gaya ****** tersebut, kemudian mereka juga
menyetubuhi Erni di atas kursi.
Sambil
memperkosa Erni, mereka sesekali mengejekku. “Hei.. elo tau nggak kakak
elo ini sebenarnya keenakan dient*t sama kita-kita, buktinya memiaw dia
basah banget nih! ” kata pemuda yang dipanggil dengan nama Anto, ia
berkemaluan paling besar dan panjang
di antara mereka berempat, saat itu ia sedang mengerjai Erni. Tangan Erni kembali diikat di belakang punggung, Anto duduk di atas kursi sementara Erni di atas pangkuannya dengan paha mengangkang dan posisi berhadapan. Dengan posisi duduk, buah dada Erni tampak sangat menggairahkan, apalagi dengan tubuhnya yang ramping, tampak buah dadanya tergantung indah, padat dan berisi dengan putting susunya yang masih mungil dan berwarna kemerahan. Lelaki yang memperkosa Erni itu meremas-remas kedua belah payudara Erni dengan bernafsu, kadang ia mendempetkan kedua buah dada itu lekat-lekat sehingga belahan payudara Erni terbentuk indah di hadapannya. Pemuda itu terus memperkosa Erni dengan brutal sehingga tubuh Erni tergoyang-goyang. Erni hanya dapat merintih-rintih dalam keadaan antara sadar dan tidak.
di antara mereka berempat, saat itu ia sedang mengerjai Erni. Tangan Erni kembali diikat di belakang punggung, Anto duduk di atas kursi sementara Erni di atas pangkuannya dengan paha mengangkang dan posisi berhadapan. Dengan posisi duduk, buah dada Erni tampak sangat menggairahkan, apalagi dengan tubuhnya yang ramping, tampak buah dadanya tergantung indah, padat dan berisi dengan putting susunya yang masih mungil dan berwarna kemerahan. Lelaki yang memperkosa Erni itu meremas-remas kedua belah payudara Erni dengan bernafsu, kadang ia mendempetkan kedua buah dada itu lekat-lekat sehingga belahan payudara Erni terbentuk indah di hadapannya. Pemuda itu terus memperkosa Erni dengan brutal sehingga tubuh Erni tergoyang-goyang. Erni hanya dapat merintih-rintih dalam keadaan antara sadar dan tidak.
Sambil terus
memompa Erni, ia tertawa-tawa disaksikan teman-temannya yang tidak
sabar menanti giliran, “Elo mau bukti kakak elo ini keenakan? perhatikan
baik-baik nih!” ejeknya lagi padaku. Lalu tiba-tiba pemuda itu berhenti
memompa Erni, secara refleks Erni melenguh dan mulai menggerak-gerakan
pantatnya sendiri agar tetap dikocok oleh kemaluan pemuda itu, “Hahaha…
elo liat kan? Kakak elo ini yang minta dient*t tuh!”
Pemuda itu
tertawa sambil memeluk tubuh Erni, tangannya mengelus-ngelus punggung
putih mulus Erni sementara buah dada Erni yang kenyal terjepit di
dadanya yang berbulu. Rupanya Erni mendengar perkataan itu, wajah Erni
tampak memerah karena malu dan marah, lalu tubuhnya diam tak bereaksi,
pemuda itu menjadi marah dan menarik kuat-kuat kedua buah dada Erni.
Satu ditarik ke atas dan satu ditarik ke bawah bergantian dengan keras
sehingga Erni menjerit-jerit kesakitan, “Dasar cewek munafik…! keenakan
aja sok menderita! Gua bikin elo orgasme dan elo nggak bisa bohong bahwa
elo keenakan minta diperkosa!”
Dengan
bernafsu kembali pemuda itu memperkosa Erni, sesekali ia kembali
menghentikan pompaannya, dan secara refleks kembali Erni ganti
menggoyangkan pantatnya maju mundur, selama beberapa saat hingga Erni
sadar dan dapat mengendalikan tubuhnya. Hal itu terjadi berkali-kali,
bahkan saat pemuda itu mendorong tubuh Erni hingga batang kemaluannya
keluar dari liang kemaluan Erni. Secara refleks diluar kemauan Erni
sendiri. Tubuh Erni kembali merapat sehingga batang kemaluan itu kembali
terbenam ke dalam liang senggamanya sambil kaki Erni melipat erat
seolah-olah takut lepas.
Pemuda itu
semakin lama tampak semakin ganas memperkosa Erni, hingga selang
beberapa saat tampak tubuh Erni berkelonjotan dan menegang, kedua
kakinya mengacung lurus dengan otot paha dan betisnya mengejang,
jari-jari kakinya menutup, dan nafas Erni tak teratur sambil terus
merintih keras dan panjang, “Ohhh… Akkkhhh… Ooohhh…!” pemuda itu semakin
mempercepat gerakannya hingga akhirnya membuat Erni merintih panjang,
“Ohhh… ” seluruh tubuh Erni menegang dan menggelinjang selama beberapa
detik dan aku sadar bahwa Erni sedang mengalami orgasme dahsyat dan
kenikmatan luar biasa. Setelah berkelonjotan sesaat, tubuh Erni tumbang
dengan lemas di pelukan pemerkosanya. Pemuda itu masih terus memompa
Erni yang telah lemas sambil nyengir senang dan berkata, “Hehe.. elo
liat kakak elo ini… dia demen ngent*tan juga kok… hahahaha…!”
Tiba-tiba
pintu kembali terbuka, dan alangkah kagetnya aku melihat begitu banyak
pemuda yang masuk, sekitar 10 orang lebih, termasuk salah seorangnya
adalah pria besar tegap yang menghajarku. Tanpa banyak bicara mereka
ikut menikmati tubuh Erni, masing-masing pemuda itu memperkosa Erni
dengan posisi yang bervariasi. Rasanya semua posisi yang pernah kulihat
di film biru telah mereka praktekkan semua pada Erni. Khusus giliran
pemuda berbadan besar yang dipanggil John itu memperkosa, Erni tampak
sangat menderita karena batang kemaluan John benar-benar besar dan
panjang, kutaksir lebih dari 20 cm. Dalam waktu singkat tubuh telanjang
bulat Erni telah mengkilap basah oleh keringat dan sperma.
Entah berapa
lama Erni diperkosa hingga pingsan berkali-kali, namun mereka selalu
menyadarkan Erni lagi dengan menampar dan menyiramnya dengan air, lalu
kembali memperkosa dengan brutal. Aku menutup mata tak ingin melihat
penderitaan Erni.
Erni yang menangis dengan air mata yang telah habis, tampak Erni sedang disodomi, di sebelahku Erni juga tengah diperkosa, payudara Erni yang padat dan ranum tampak bergoyang-goyang keras, pria di belakang Erni tanpa bosan-bosannya meremas-remas dan menarik-narik buah dada Erni dengan brutal, bagaikan memerah susu sapi.
Erni yang menangis dengan air mata yang telah habis, tampak Erni sedang disodomi, di sebelahku Erni juga tengah diperkosa, payudara Erni yang padat dan ranum tampak bergoyang-goyang keras, pria di belakang Erni tanpa bosan-bosannya meremas-remas dan menarik-narik buah dada Erni dengan brutal, bagaikan memerah susu sapi.
Kini Erni
diletakkan di atas lantai beralas tikar, pemuda yang sedang menggilir
Erni melebarkan kaki Erni sehingga membentuk seperti kaki kodok, dengan
posisi itu ia menghujamkan batang kemaluannya yang panjang dan besar
keluar masuk dengan cepat dan keras ke dalam liang kemaluan Erni.
Sementara salah satu pria memaksa Erni mengulum batang kemaluannya,
sehingga mulut Erni yang mungil penuh dengan batang kemaluan besar itu,
kemudian pemuda yang memperkosa Erni berganti posisi, ia menduduki tubuh
Erni lalu meletakkan batang kemaluannya yang panjang di antara dua
bukit kembar Erni. Tangannya mendempetkan buah dada Erni hingga menjepit
batang kemaluannya yang kemudian dimaju-mundurkan. Selang beberapa saat
dari batang kemaluannya menyembur sperma yang menyemprot wajah dan
leher Erni, kemudian sisa-sisa spermanya dioleskan pada kedua buah susu
Erni.
Aku menutup
mataku agar tidak melihat penderitaan Erni, tapi masih saja kudengar
rintihan Erni yang semakin lama semakin lemah, gerombolan pemuda itu tak
henti-hentinya mengucapkan kata-kata kotor. Tiba-tiba pimpinan mereka
John mendekat, “Sekarang giliran elo menikmati kakak elo ini… elo kan
sudah banyak belajar dari tadi! Hahaha…” lalu tubuh Erni yang telah
lemah lunglai dicampakkan ke atas tubuhku, aku memeluk tubuh Erni yang
telanjang bulat, sambil membelai rambutnya aku berbisik, “Tabah ya..
Ci…” walaupun aku sendiri sangat ketakutan, Erni hanya dapat mengangguk
lemah sambil menangis sesunggukan.
“Hei! kalian
tunggu apa? ayo ngent*tan! kita pingin liat nih… yang cewek di atas!”
seru John sambil mengacungkan parang yang membuat kami ketakutan, Erni
lalu menurut dan memasukkan liang kewanitaannya ke dalam batang
kemaluanku yang memang telah menegang keras saat aku memeluk Erni dan
buah dada Erni yang walaupun lengket oleh sperma, tapi terasa kenyal dan
hangat menekan dadaku. Aku serasa berada di awang-awang saat batang
kemaluanku menembus kemaluan Erni yang beberapa jam lalu masih perawan,
seluruh batang kemaluanku terbenam ke liang kemaluan yang sempit itu dan
aku merasa batang kemaluanku dijepit dengan kenikmatan yang tiada
taranya.
“Ayo kamu
goyang adik elo selama dua menit! Setelah itu angkat memiaw kamu, adik
elo harus masih ngaceng tongkolnya, kalo cepat keluar, mending kita
potong dan masak tongkolnya buat makanan ayam!”
Erni lalu mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun, aku tak dapat menahan sensasi yang tak pernah kurasakan itu, dan baru beberapa detik Erni memompa, aku telah mengalami ejakulasi dan spermaku menyemprot keluar, tidak terlalu banyak karena aku telah mengalami orgasme tadi. Erni juga merasakan aku ejakulasi, ia kini menggoyangkan pinggulnya maju mundur agar tidak ketahuan aku telah orgasme. Erni menggunakan rambut kemaluannya yang lebat membantu untuk mengelap cairan spermaku yang meleleh keluar dari liang kewanitaannya. Sementara batang kemaluanku yang masih berada di dalam kemaluan Erni perlahan mulai mengecil.
Erni lalu mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun, aku tak dapat menahan sensasi yang tak pernah kurasakan itu, dan baru beberapa detik Erni memompa, aku telah mengalami ejakulasi dan spermaku menyemprot keluar, tidak terlalu banyak karena aku telah mengalami orgasme tadi. Erni juga merasakan aku ejakulasi, ia kini menggoyangkan pinggulnya maju mundur agar tidak ketahuan aku telah orgasme. Erni menggunakan rambut kemaluannya yang lebat membantu untuk mengelap cairan spermaku yang meleleh keluar dari liang kewanitaannya. Sementara batang kemaluanku yang masih berada di dalam kemaluan Erni perlahan mulai mengecil.
Selang dua
menit, John berkata keras, “Eh.. Non, angkat memiaw elo! Kita mau liat
****** adik elo masih ngaceng nggak.. jangan-jangan elo pura-pura doang,
ngaduk-ngaduk ****** yang sudah loyo!”.
Erni menggeleng sambil menangis, “Nggakk… dia masih tegang, benar… sumpah…” Erni berusaha melindungiku.
“Angkat memiaw elo gua bilang!” bentak John menggelegar.
Erni tetap membuat gerakan maju-mundur sambil berkata, “Jangan… saya tidak bohong… ini masih tegang…” Si John dengan kasar lalu mendorong tubuh Erni hingga jatuh, ia tertawa melihat batang kemaluanku telah jatuh lemas, “Hahaha.. dasar banci! Kamu masih suka berlindung di bawah ketiak kakak cewek elo ya? Tapi elo masih harus muasin kakak elo… ayo kocok dan cuci memiaw dia sama tangan elo!”
Erni menggeleng sambil menangis, “Nggakk… dia masih tegang, benar… sumpah…” Erni berusaha melindungiku.
“Angkat memiaw elo gua bilang!” bentak John menggelegar.
Erni tetap membuat gerakan maju-mundur sambil berkata, “Jangan… saya tidak bohong… ini masih tegang…” Si John dengan kasar lalu mendorong tubuh Erni hingga jatuh, ia tertawa melihat batang kemaluanku telah jatuh lemas, “Hahaha.. dasar banci! Kamu masih suka berlindung di bawah ketiak kakak cewek elo ya? Tapi elo masih harus muasin kakak elo… ayo kocok dan cuci memiaw dia sama tangan elo!”
Aku dipaksa
merangkak mendekati Erni, Erni diperintahkan terlentang dan
mengangkangkan kedua pahanya, lalu aku dipaksa memasukkan jariku ke
dalam lubang kemaluan Erni dan mengocoknya, “Hei.. goblok.. kalo cuma
satu jari mana puas kakak elo!” Aku lalu memasukkan dua jariku ke dalam
liang kemaluan Erni, lalu atas perintah mereka kukocok-kocok liang
kemaluan Erni itu dengan kuat dan cepat, sehingga Erni merintih-rintih
dan kedua pahanya tampak bergetar menahan sensasi yang kutimbulkan.
Memandang Erni yang tidak berdaya itu. Perlahan kembali batang
kemaluanku mengacung. “Nah.. elo ngaceng lagi akhirnya… ayo sekarang
dua-duanya ngent*tan yang panas!” Aku lalu memeluk Erni sambil sesekali
meremas perlahan buah dadanya, lalu aku kembali berbisik, “Maaf ya Ci…”
Erni hanya menatap kosong sambil mengangguk pelan.
“Heh! Ini
bukan acara ******* gaya kura-kura! elo berdua… ayo bercinta yang panas,
kalo tidak gua bikin bakpao pantat-pantat elo!” Dengan ketakutan
akhirnya aku dan Erni menurut, kami lalu bergumul dengan panas di atas
lantai papan itu dalam keadaan sama-sama telanjang bulat, saling
merangkul dan berciuman, tanganku sesekali meremas buah dada Erni.
Sementara tangan Erni melingkari batang kemaluanku dan mengocoknya, tak
pernah kubayangkan aku akan melakukan hal ini pada kakak sepupuku
sendiri.
Kawanan itu
tertawa senang melihat kami kakak beradik bergulat dalam keadaan
telanjang bulat di atas lantai, “Hei..! ini bukan film bisu! Kalian
ucapin kata-kata merangsang! Cepat..!” Terpaksa kami menurutinya, “Ohh..
saya jilat susu kakak ya? Hmmpphh… saya remas-remas ya?” kataku sambil
mengulum puting susu Erni dan meremas-remasnya. “Goblok! elo maen
sinetron ya? ngent*tan aja kata-katanya sok sopan! Dasar tolol… dan yang
cewek, kalo elo diam aja nanti toket elo gua cabut dari tempatnya dan
pentil susu elo gue goreng!”
Dengan
ketakutan kami menurutinya, sambil terus bergumul dan saling memompa,
kami terus mengucapkan serentetan kata-kata tanpa berpikir lagi, karena
ngeri melihat parang John yang mengacung ke arah kami jika kami tidak
bersuara. “Oh… gue ent*t elo, susu elo enak.. mantap… gue ent*t seharian
ya, Ci?” Tanpa berpikir kukeluarkan kata-kata itu, sementara Erni juga
menimpali tanpa berpikir, “Ahh… anu elo… panjang… masukkin yang dalam…
lebih cepat… ohh…” Mereka semua tertawa-tawa, John rupanya telah sangat
terangsang melihat Erni, ia mendekat dan menjambak rambut Erni dan
menarik Erni ke dalam pelukannya, “Elo liat baik-baik goblok, gimana
caranya ******* cewek!” katanya padaku.
Tubuh Erni
lalu diangkatnya dengan mudah, dengan posisi berdiri ia menggendong Erni
dengan mengangkat pantat Erni, terpaksa Erni memeluk leher John yang
tinggi kekar agar ia tidak terjatuh ke belakang, lalu dengan buas John
memompa batang kemaluannya yang luar biasa panjang dan besar masuk ke
dalam liang kemaluan Erni. John yang besar setinggi 180 cm lebih itu
memompa Erni yang setinggi 157 cm dengan posisi itu dengan mudah. Batang
kemaluannya dengan deras amblas keluar masuk ke dalam kemaluan Erni
sehingga tubuh Erni terguncang hebat, buah dadanya terhentak-hentak naik
turun. Tak berapa lama tubuh Erni kembali menggelinjang dan ototnya
menegang, diringi dengan rintihan panjang Erni kembali mengalami orgasme
hebat. John tidak berhenti dan belum mengalami ejakulasi, pompaannya
semakin bertambah kuat. Erni semakin lama tampak semakin lelah dan
lemah, sementara batang kemaluan John semakin hebat saja mengaduk liang
kemaluannya dalam posisi berdiri. Akhirnya tanpa dapat dicegah tubuh
Erni jatuh lunglai ke belakang, pelukannya pada leher John lepas, John
membiarkan tubuh Erni jatuh tetapi ia tetap memegang kokoh pinggul Erni
yang sedang digoyang habis-habisan, sehingga Erni terjuntai tak berdaya.
Tangan dan rambutnya menyentuh lantai sementara tubuhnya masih tetap
digendong dan liang kemaluannya disodok-sodok dengan kejam dan buas.
John
melakukannya sambil berjalan dan tertawa-tawa, sehingga Erni ikut
terseret kemana ia melangkah. Setelah puas mengocok Erni dengan posisi
itu, John lalu mengangkat pinggul Erni naik hingga ke dada. Tubuh Erni
kembali terangkat dengan kepala di bawah, sehingga batang kemaluan John
membentur-bentur punggung mulus Erni. John yang mempunyai tenaga besar
itu kembali menaikkan pinggul Erni hingga kemaluan Erni terhidang di
depan mulutnya, dengan rakus ia melumat habis kemaluan Erni dengan
mulutnya. Kemudian ia memutar tubuh Erni sehingga kini wajah Erni
ditampar-tampar oleh batang kemaluannya yang besar dan sangat keras.
John kembali melumat kemaluan Erni dengan penuh nafsu, jari-jari
tangannya juga menyodok-nyodok anus Erni yang masih terjuntai pingsan,
dengan posisi ini akhirnya John berejakulasi, spermanya dengan deras
membanjiri wajah Erni hingga ke rambut, dan menetes-netes ke lantai
papan.
Setelah itu
kembali Erni digilir oleh teman-teman John yang lain, tidak perduli Erni
telah pingsan dan tidak dapat bangun lagi walaupun ditampar dengan kuat
dan disiram dengan air. Setelah puas, mereka lalu mencampakkan kami ke
lantai, menunggu Erni sadar kembali, lalu mereka beramai-ramai
mengelilingi kami dan mengencingi tubuh kami, bahkan aku dipaksa minum
air kencing mereka, sementara John memaksa Erni mengulum batang
kemaluannya, lalu ia mengencingi Erni dengan cara seperti itu dan
memerintahkan Erni menelan semua air kencingnya.
Akhirnya
setelah puas lalu mereka menyekap kami, memberi sedikit makan dan minum
dan baru melepas kami pada saat tengah malam tanpa memberi kami pakaian,
terpaksa kami berjalan kaki tertatih-tatih pulang ke rumah kontrakanku
yang berjarak sekitar 200 meter dari situ dengan keadaan telanjang
bulat. Kami mengendap-ngendap hingga akhirnya sampai, kami merasa lega,
rahasia ini tetap kami pendam, selain mereka mengancam jika melapor
polisi maka kami akan dibunuh, kami juga malu menceritakan pengalaman
pahit ini. Yang penting kami telah lepas dari mimpi buruk itu, sehari
setelah kejadian itu aku langsung pindah rumah kontrakan ke tempat yang
lebih jauh dan kami merasa bebas dari bajingan-bajingan itu. Namun
ternyata kami salah mengira, kejadian malam itu barulah awalnya, karena
kejadian yang akan menimpa Erni kemudian jauh lebih brutal lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar