Gara-gara Main Dokter-dokteran
Berikut
kiriman cerita dewasa dari seorang wanita bernama rini, tentang
kebenaran cerita kembali pada diri kita masing-masing. Namaku Rini,
usiaku sekarang 23 tahun, aku bekerja sebagai salah satu karyawati di
BUMN besar di Jakarta. Oh ya, kata temen-temen sih aku memiliki wajah
yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi 163
cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Aku ingin menceritakan
pengalaman seksku yang pertama justru dari teman baik ayahku sendiri.
Peristiwa yang tak kuduga ini terjadi ketika aku baru saja akan masuk
kelas 2 SMP, ketika aku masih tinggal di Yogya. Teman ayah itu bernama
Om Bayu dan aku sendiri memanggilnya Om. Karena hubungan yang sudah
sangat dekat dengan Om Bayu, ia sudah dianggap seperti saudara sendiri
di rumahku. Om Bayu wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih
muda dari ayahku, karena memang usianya berbeda agak jauh. Usia Om Bayu
ketika itu sekitar 28 tahun. Selain tampan, Om Bayu memiliki tubuh yang
tinggi tegap dengan dada yang bidang.
Kejadian ini
bermula ketika liburan semester. Waktu itu kedua orang tuaku harus
pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara. Karena kami dan
Om Bayu cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku untuk menginap
saja di rumah Om Bayu yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu. Om
Bayu sudah menikah, tetapi belum punya anak. Istrinya adalah seorang
karyawan perusahaan swasta, sedangkan Om Bayu tidak mempunyai pekerjaan
tetap. Dia adalah seorang makelar mobil. Hari-hari pertama kulewati
dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria, setelah istri Om Bayu pergi
ke kantor. Om Bayu sendiri karena katanya tidak ada order untuk mencari
mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon kalau-kalau ada
langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan waktu, sering juga
kami bermain bermacam permainan seperti halma atau monopoli, karena
memang Om Bayu orangnya sangat pintar bergaul dengan siapa saja.
Ketika suatu
hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Bayu berkata kepadaku, “Rin…
kita main dokter-dokteran yuk.., sekalian Rini, Om periksa beneran,
mumpung gratis”.
Memang kata
ayah dahulu Om Bayu pernah kuliah di fakultas kedokteran, namun putus di
tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.
“Ayoo…”, sambutku dengan polos tanpa curiga.
Kemudian Om
Bayu mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya,
rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika
kuliah dulu.
“Nah Rin, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.
Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.
“Baik Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.
Namun Om Bayu bilang, “Lho… BH-nya sekalian dibuka dong.. biar Om gampang meriksanya”.
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.
“Wah… kamu memang benar-benar cantik Rin…”, kata Om Bayu.
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku dan aku hanya tertunduk malu.
Setelah
telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Om Bayu
mulai memeriksaku. Mula-mula ditempelkannya stetoskop itu di dadaku,
rasanya dingin, lalu Om Bayu menyuruhku bernafas sampai beberapa kali,
setelah itu Om Bayu mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum
kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan
lembut.
“Waah… kulit kamu halus ya, Rin… kamu pasti rajin merawatnya”, katanya.
Aku diam
saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om Bayu. Kemudian
usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Om Bayu merayap
mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya,
sentuhan Om Bayu benar-benar terasa lembut. Dan lama-kelamaan terus
terang aku mulai jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai-sampai
bulu tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om Bayu menaikkan usapannya ke
pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya,
lalu mengusap buah dadaku. Ih… baru kali ini aku merasakan yang seperti
itu, rasanya halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun
tidak lama kemudian, Om Bayu menghentikan usapannya. Dan aku kira… yah
hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Tom Bayu bergerak ke arah
kakiku.
“Nah.. sekarang Om periksa bagian bawah yah…”, katanya.
Setelah
diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang,
aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok
miniku, namun tiba-tiba Om Bayu menarik dan meloloskan celana dalamku.
Tentu saja aku keget setengah mati.
“Ih… Om kok celana dalam Rini dibuka…?”, kataku dengan gugup.
“Lho… kan
mau diperiksa.. pokoknya Rini tenang aja…”, katanya dengan suara lembut
sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Bayu penuh dengan
maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat
apa-apa.
Setelah
celana dalamku diloloskan oleh Om Bayu, dia duduk bersimpuh di hadapan
kakiku. Matanya tak berkedip menatap vaginaku yang masih mungil, dengan
bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis. Lalu kedua kakiku
dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om
Bayu mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu
diteruskan dengan perlahan-lahan meraba-raba pahaku bagian atas, lalu
ke paha bagian dalam. Hiii… aku jadi merinding rasanya.
“Ooomm…”, suaraku lirih.
“Tenang sayang.. pokoknya nanti kamu merasa nikmat…”, katanya sambil tersenyum.
Om Bayu lalu
mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan
rasanya. Kemudian dengan jari telunjuknya yang besar, Om Bayu
menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.
“Aahh… Oooomm…”, jeritku lirih.
“Sssstt… hmm… nikmat.. kan…?”, katanya.
Mana mampu
aku menjawab, malahan Om Bayu mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya
berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak karuan, aku
menggelinjang-gelinjang, menggeliat-geliat kesana kemari.
“Ssstthh…
aahh… Ooomm… aahh…”, eranganku terdengar lirih, dunia serasa
berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku rasanya
sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang
sekali.
Setelah Om
Bayu merasa puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan sejenak
permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku. Aku yang
belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan
tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang
sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya
mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli,
lembut, dan basah. Namun Om Bayu bukan hanya mengecup, ia lalu melumat
habis bibirku sambil memainkan lidahnya. Hiii… rasanya jadi makin geli…
apalagi ketika lidah Om Bayu memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu
kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om
Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat
kegelian.
Kemudian Om
Bayu mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa
lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh… gila…
tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Bayu tengkurap diantara
kedua kakiku yang otomatis terkangkang. Kepalanya berada tepat di atas
kemaluanku dan Om Bayu dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke
selangkanganku. Kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas
pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om
Bayu. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua
tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan-sungkan lagi
Om Bayu mulai menjilati bibir vaginaku.
“Aaa…
Ooomm…!”, aku menjerit, walaupun lidah Om Bayu terasa lembut, namun
jilatannya itu terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh
tubuhku. Namun Om Bayu yang telah berpengalaman itu, justru menjilati
habis-habisan bibir vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan
menari-nari di dalam vaginaku. Lidah Om Bayu mengait-ngait kesana
kemari menjilat-jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku makin
menjadi-jadi, badanku menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan
kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku. Akan tetapi
usahaku itu sia-sia saja, Om Bayu terus melakukan aksinya dengan ganas.
Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.
“Aahh… Ooomm… jaangan… jaanggann… teeerruskaan… ituu… aa… aaku… nndaak… maauu.. geellii… stooopp… tahaann… aahh!”.
Aku
menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat kesana kemari
antara mau dan tidak. Biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli
bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh
badanku. Om Bayu dengan kuat memeluk kedua pahaku diantara pipinya,
sehingga walaupun aku menggeliat kesana kemari namun Om Bayu tetap
mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Om Bayu benar-benar
membuatku bagaikan orang lupa daratan. Vaginaku sudah benar-benar banjir
dibuatnya. Hal ini membuat Om Bayu menjadi semakin liar, ia bukan cuma
menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginaku. Cairan
lendir vaginaku bahkan disedot Om Bayu habis-habisan. Sedotan Om Bayu di
vaginaku sangat kuat, membuatku jadi semakin kelonjotan.
Kemudian Om
Bayu sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir
vaginaku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa
maksud Om Bayu, rupanya Om Bayu mengincar clitorisku. Dia menjulurkan
lidahnya lalu dijilatnya clitorisku.
“Aahh…”,
tentu saja aku menjerit keras sekali. Aku merasa seperti kesetrum karena
ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku
merasakannya, aku sampai mengangkat pantatku. Om Bayu malah menekan
pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus
menjilati clitorisku sambil dihisap-hisapnya.
“Aa… Ooomm… aauuhh… aahh… !”, jeritku semakin menggila.
Tiba-tiba
aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam
vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Bayu
yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot clitorisku dengan kuatnya.
“Ooomm… aa…
!”, tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang,
tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Bayu dengan kedua pahaku di
selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan
vaginaku banyak sekali, dan tampaknya Om Bayu tidak menyia-nyiakannya.
Disedotnya vaginaku, dihisapnya seluruh cairan vaginaku. Tulang-tulangku
terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek
lemas.
Om Bayu
kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama
kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga
hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Bayu.
Mula-mula Om Bayu membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar,
kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga
sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya
yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan
mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat
tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD-nya, mencuat ke depan. Kedua
tangan Om Bayu mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan-lahan,
sambil matanya terus menatapku.
Pada waktu
badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku
belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Bayu berdiri tegak, darahku
mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena
terkejut melihat benda yang berada diantara kedua paha atas Om Bayu.
Benda tersebut bulat, panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang
membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang tersebut
berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 20 cm dengan
lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang menonjol
berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah
kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang dimana
terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut kemaluan
laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil
menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Bayu terhadapku dengan
kemaluannya itu.
Melihat
ekspresi mukaku itu, Om Bayu hanya tersenyum-senyum saja dan tangan
kirinya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya
mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap
saja. Om Bayu kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang
lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Bayu menarik kedua kakiku,
sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi
tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku
sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku
masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang sedang
dilakukan oleh Om Bayu.
Kemudian dia
mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka
lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, kemaluannya
tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah terpentang itu. Tangan
kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang batang
kemaluannya. Kemudian Om Bayu menempatkan kepala kemaluannya pada bibir
kemaluanku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala
kemaluannya yang besar itu mulai digosok-gosokannya sepanjang bibir
kemaluanku, sambil ditekannya perlahan-lahan. Suatu perasaan aneh mulai
menjalar ke keseluruhan tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku
terasa mulai mengembung. Aku agak menggeliat-geliat kegelian atas
perbuatan Om Bayu itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Bayu
makin terangsang. Dengan mesra Om Bayu memelukku, lalu mengecup bibirku.
“Gimana Rin…
nikmat kan…?”, bisik Om Bayu mesra di telingaku, namun aku sudah tak
mampu menjawabnya. Nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk
sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om
Bayu dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Om Bayu sangat sopan
dan ramah.
Selanjutnya
tangan Om Bayu yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah
memegang penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku. Hal ini
makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang besar
menyentuh bibir kemaluanku. Aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya
permainan Om Bayu, di samping pula ada perasaan bingung yang melanda
pikiranku. Kemaluan Om Bayu yang besar itu sudah amat keras dan kakiku
makin direnggangkan oleh Om Bayu sambil salah satu dari pahaku diangkat
sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa
berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke dalam lubang
kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada, aku mencoba mendorong badan
Om Bayu untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om Bayu bilang
tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan
kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku.
Tapi selang
tak lama kemudian perlahan-lahan kemaluannya itu ditekan-tekan ke dalam
lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir dan
lubang vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong
kepala penis Om Bayu ini masuk ke dalam lubang vaginaku. Gerakan ini
membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Bayu akan memasukan
penisnya ke dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan olehnya. Sodokan
penis Om Bayu ini membuat kemaluanku terasa mengembang dan sedikit
sakit. Seluruh kepala penis Om Bayu sudah berada di dalam lubang
kemaluanku dan selanjutnya Om Bayu mulai menggerakkan kepala penisnya
masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi.
Perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang
mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh dan besar.
Tanpa sadar dari mulutku keluar suara, “Ssshh… ssshh… aahh… ooohh… Ooomm… Ooomm… eennaak… eennaak… !”
Aku mulai
terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba Om Bayu mendorong
penisnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya menerobos masuk lebih
dalam lagi dan merobek selaput daraku dan akupun menjerit karena terasa
sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om Bayu yang terasa membelah
kemaluanku.
“Aadduuhh…
saakkiiitt… Ooomm… sttooopp… sttooopp… jaangaan… diterusin”, aku meratap
dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Bayu, tapi sia-sia saja.
Om Bayu
mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk
menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku
sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat
dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari
tekanan penis Om Bayu ke dalam liang vaginaku. Tapi karena tangan Om
Bayu menahan pundakku maka aku tidak dapat menghindari masuknya penis Om
Bayu lebih dalam ke liang vaginaku. Rasa sakit masih terasa olehku dan
Om Bayu membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk
membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu.
“Om… kenapa
dimasukkan semua… kan… janjinya hanya digosok-gosok saja?”, kataku
dengan memelas, tapi Om Bayu tidak bilang apa-apa hanya senyum-senyum
saja.
Aku
merasakan kemaluan Om Bayu itu terasa besar dan mengganjal rasanya
memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa sampai ke
perutku karena panjangnya penis Om Bayu tersebut. Waktu saya mulai
tenang, Om Bayu kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga
penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan
menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara,
“Ssshh… ssshh… ooohh… ooohh…”
Dan
tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku. Bayangan hitam
menutupi seluruh pandanganku. Sesaat kemudian kilatan cahaya serasa
berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh
pikiran normalku. Seluruh tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak.
Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika sensasi
itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas tempat tidur.
Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam alas
tempat tidur erat-erat. Tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah
tekanan tubuh Om Bayu ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat. Aku
merasakan kenikmatan berdesir dari vaginaku, menghantarkan rasa nikmat
ke seluruh tubuhku selama beberapa detik. Terasa tubuhku melayang-layang
dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak berdaya, tergeletak
lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua
kaki terkangkang menjulur di lantai.
Melihat
keadaanku, Om Bayu makin terangsang. Dengan ganasnya dia mendorong
pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat sehingga seluruh batang penisnya
terbenam dalam kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat lemah karena
setiap tekanan yang dilakukannya, terasa clitorisku tertekan dan
tergesek-gesek oleh batang penisnya yang besar dan berurat itu. Hal ini
menimbulkan kegelian yang tidak terperikan. Hampir sejam lamanya Om Bayu
mempermainkanku sesuka hatinya. Dan saat itu pula aku beberapa kali
mengalami orgasme. Dan setiap itu terjadi, selama 1 menit aku merasakan
vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om Bayu, sampai
akhirnya pada suatu saat Om Bayu berbisik dengan sedikit tertahan.
“Ooohh… Riiinn… Riiinnn… aakkuu… maau… keluar!.. Ooohh… aahh… hhmm… ooouuhh!”.
Tiba-tiba Om
Bayu bangkit dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Sedetik kemudian…
cret… crett… crett… spermanya berloncatan dan tumpah tepat di atas
perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat mengocok-ngocok batang
penisnya seolah ingin mengeluarkan semua spermanya tanpa sisa.
“Aahh…”, Om Bayu mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega.
Dibersihkannya
sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu kami tergolek lemas sambil
mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak
kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk
kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.
“Terima kasih sayang…”, bisik Om Bayu dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Bayu.
Setelah
kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang.
Perasaan-perasaan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu
itu, saat aku bangun dari tidurku Om Bayu telah berupaya menenangkanku
dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok
rasanya aku jadi kepengin lagi. Memang kalau diingat-ingat sebenarnya
nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Bayu,
tentu saja aku malu mengatakannya. Aku hanya pura-pura ngobrol kesana
kemari, sampai akhirnya Om Bayu menawarkan lagi untuk main-main seperti
kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu.
Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertama kalinya aku merasakan
kenikmatan hubungan seks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar