Inilah
pengalaman pertamaku menjadi guru. Entah kenapa aku bisa kepincut
menjadi guru. Bukan karena cita-cita atau berbakti kepada negara, tapi
karena kekecewakan terhadap prilaku orang tuaku. Sebenarnya keluargaku
bukan orang sembarangan. Papaku seorang pengusaha, mamaku aktivis
social, kakak-kakakku pun menjadi pengusaha semua, Cuma aku yang bukan
pengusaha. Bukan karena ortuku ga mau menyekolahkanku. Aku pernah kuliah
bisnis di Amerika, Australia, bahkan Singapura tapi semuanya gagal
karena aku terlibat narkoba dan diTarik kembali ke tanah air dan
menjalani rehabiltasi di panti reabilitasi narkoba di sebuah pesanten di
Jawa Barat. Ahamdulillah aku kembali ke jalan yang benar dan aku ingin
mengabdikan diriku untuk mencerdaskan anak bangsa dengan sekolah guru.
Syukurlah degan kemampuan bahasa inggrisku yang lumayan aku kuliah guru
bahasa inggris hanya empat tahun, sehingga umur 23 th aku sudah menjadi
guru bahasa ingris di sebuah SMA di Surabaya. Paman ku di Surabaya
mengendalikan yayasan itu yang sebagian besar modalnya adalah milik
papaku. Di sanalah aku dikirim papa untuk mengajar.
Aku mengajar
bahasa inggris di kelas 11. Banyak siswa yang mengemariku dalam
mengajar, bukan saja karena cara mengajar baasa inggrisku yang bagus,
tapi karena aku sangat gaul. Banyak siswa yang tahu bahwa aku anak
pemilik yayasan ini, begitu juga dengan guru-guu, yang tahu anyalah
pamanku saja. Aku jarang ngumpul dengan guru di kantor saat istirahat,
tapi sering ngumpul dengan siswa baik di kantin maupun di ruang osis,
atau ruang band. Kebetulan aku suka music dan pandai bermain music,
gitar, organ ataupu drum. Tidak hanya siswi cewek yang dekat denganku
tapi juga cowok, karena aku sering bermain band dgn mereka, salah
satunya Andi salah satu pemimpin band sekolah. Di rumah dia punya studio
band, maklumlah dia anak orang kaya, anak pejabat. Aku sering bermain
band di rumahnya, aku sering memegang gitar. Joni siswa kelas 11 organ,
Andi drum, agus bas. Saat bermain dirumah Andi hampir semuanya membawa
ceweknya, Andi dengan Susi, Agus dengan Mila dan Joni dengan Nova, Cuma
aku…. Ah ha masih sendiri.
“ Pak, bu Yanti nggak diajak?” Tanya Nova disangka aku pacar bu Yanti guru bahasa Indonesia, padahal tidak.
“ Ah bisa aja kamu, gak kok, bapak belum ada ni.” Jawabku
“ Pak, kan tau Tari ?” Tanya Susi
“Ya, masa
orang cantik bagaimana bapak ga kenal, Yang duduk sebangku dengan kamu
kan? Anak kelas 11b? Emangnya kenapa?” jawabku mencecar.
“ Gak, pak. Sebenarnya dia ada hati degan bapak lo.”
“ Oya?” aku
pura-pura kaget, padahal aku juga sudah ada filling karena setiap aku
mengajar matanya selalu menatapku dengan penuh arti. Siapa yang gak
berbunga-bunga disenangi cewek secantik Tari yang putih. Rambutnya
panjang, tingginya 165 seimbang denganku yang 170, dadanya ya… 34 lah
dan emmm… pinggulnya sintal mengiurkan. Tadi saat istirahat aku sudah
ngobrol bareng dengan Tari. Susi yang nyomblangi. Bahkan sepulang
sekolah kami sudah janji bermain band di rumah andi. Sementara Susi,
mila dan Nova adalah penyanyi band itu.
Mobil Suzuki
Katanaku sudah memasuki rumah Andi yang besar, biasalah ayah ibunya
amak sibuk pasti ga ada di rumah. Anak –anak sudah bermain , terdengar
bunyi drum itar dan organ, aku ke ruang studio Susi dan Tari sudah
menunggu di depan pintu studio.
“ Udah sana ngobrol di teras” katanya kepadaku.
Akupun
dengan Tari yang masih berseragam putih abu-abu duduk dan ngobrol ngalor
ngidul di teras depan yan suasananya cukup romantis. Tari terlihat amat
pendiam.
“ Ri, mau ga kamu jadi pacar saya?” tanyaku. Tari menunduk tak menjawab. Kata orang kalo tidak menjawab berarti iya.
“ Kok ditanya diam aja?” desakku.
“Tari takut ,Pak!” jawab Tari pelan
“Jangan panggil Bapak dong, panggil mas. Kan usiamu dengan saya cuma selisih 6 tahun, Tari 17 tahun kan .”
“Percayalah
aku tadak mempermainkan kamu?” kataku sambil memegang tangannya. Dia
tertunduk malu dan hanya mengangguk, kuTarik tangannya, kepalanya malah
menyandar di dadaku yang bidang, rambutnya yang panjang dan harum
merangsang birahiku. Kubelai rambutnya, kukecup keningnya. Dia hanya
terdiam dan memejamkan matanya, aku semakin bergairah. Kukecup bibirnya,
dia pun terdiam pasrah. Bahkan lumatan bibirnya yang romantis semakin
bergairah, tangan kananku meremas dadanyanya dia pun diam tidak menolak,
sampai-sampai tanganku turun kebawah mengelusap pahanya yang terbalut
rok. Diapun terdiam pasrah, sampai tanganku ke pangkal paha menyetuh
cdnya. Heran dia tidak menolak. Munkin karena dia udah terlanjur
gandrung kepada ku dan juga dia sudah siring mendengar cerita susi yang
serimg bermain cinta dengan si Andi.
“ Silahkan diminum mas.” Pembantunya Andi membuyarkan kemesraanku yang membawahkan minuman.
“ iya ya
mbak.” Aku gugup, Tari memperbaiki duduknya dan merapihkan rambutnya.
Pembantu pun kembali ke dalam. Aku minum air yang disediakan diikuti
Tari.
“ Kita ke
studio yuk” ajaku. Taripun mengikuti. Di studio tak terdengar lagi suara
band. Kemana anak-anak itu. Ketika ku buka pintu. Masya Allah. Di sofa
Susi sedang dientot Andi, sementara didepannya Nova sudah tak berbaju
buah dada disedot Joni, sedangkan di pojok ruangan Mila dan Agus sudah
tak berbusana mengerjai Mila sambil berdiri.
“ Aaah!”
Tari tersetak sambil menutup mukanya dengan kedua tangannya dan mendekap
di dadaku. Aku memeluknya dan membawanya kekeluar.
“Kita pulang
yok1”, ajakku. Tari mengangguk. Waktu baru jam tiga sore. Mobilku sudah
menuju ke halaman rumah Tari. Rumahnya cukup luas. Maklum rumah
kampung. Di rumah ada warung. Bapaknya nganggur. Buat sehari-hari hanya
berdagang. Di rumahnya aku disambut bapaknya.
“Kok sore amat pulangnya ,Ri?” tanya bapaknya
“Ikut ekskol pak, oya ini guru Tari pak!” Tari mengenalkan ku kepada bapaknya.
“Ahmad” jawabku sambil menyodorkan tanganku ke tanganya untuk bersalaman.
Aku ngobrol
bersama bapaknya. Dia senang dengan ku, karena sikapku yang tidak
kasar,bahkan aku sempat sholat ashar bersama bapakya di rumahnya. Gimana
agak percaya dengan saya. Kaena selain ganteng, aku ga ada tampang
brutal.
“ Itu si Tari pulangnya sore terus, ada apa si di sekolah? Kemarin mal pulang jam 8 malam” kata bapaknya.
“Oya pak di sekolah kami banyak kegiatan, pak”.
Menjelang
magrib aku pamit dan Tari mengantarkuku ke mobil. Didepan pintu rumah
tatapan mata kedua orang tuanya penuh harapan, semoga aku bias menjadi
menantunya, begitu hatiku menebak. Karena penampilanku yang kaya,
baangkali.
Aku yakin
nanti malam Tari akan terbayang-bayang tentang kejadian di rumah Andi.
Ku sms, “ayo sedang apa?” begitu bunyi smsku. “Belajar” katanya.
“Belajar becinta” balasku.” Ah bapak biasa aja.” jawabnya “Kok bapak
lagi. Mas dong.” Pintaku d isms. “ Oya mas Ahmad deh.” Katanya lewas
sms.
Aku berjanji
pagi-pagi menjemputnya tapi tidak dirumahnya hanya di tempat biasa Tari
nunggu angkot jika mau pergi ke sekolah. Waktu yang ditunggu pun tiba.
Aku melihat Tari sudah menungu. Dia langsung menaiki mobil zip katanaku.
Didalam mobil aku mengajaknya untuk bolos sekolah. Dia pun setuju. Aku
sangat yakin dia sangat ingin bermesraan denganku tapi malu. Aku
mengajakmya ke rumahku, dia mengangguk. Di Surabaya aku tinggal
serindirian di rumah yang dibeli ortuku yang hanya tingali jika
keluargaku ke Surabaya. Rumahnya di kawasan elit. Saat ini berarti rumah
ini menjadi milikku. Kalau bukan pengusaha pasti mungkin tak terbeli
rumah sebagus itu.
Pas di depan
rumahku aku turun membuka pagar garasi, mobilku masuk, pintu pagar
garasi kembali kututup, lalu pintu garasi dalam kubuka, mobil masuk dan
kututup kembali dari dalam. Pagar sudah tekunci. Pintu garasi tertutup.
Aku bukakan pintu Katana ayo tuun Taripun turun, dari dalam garasi ada
pintu dalam yang tembus ke ruang tengah dan dapur. Ku buka sepatuku dan
kutaruh di rak sepatu. Tari pun mengikuti dan meletakkan sepatu MBnya
di rak tersebut. Ketika dia berbalik dia kaget, saat mataku menatapnya.
Sesaat kami berdiri kaku saling memandang, kuteguk air liurkku sejenak,
Taripun menundukkan kepala. Kupegang kedua tangannya.
“Aku sayang
kamu, Ri.” Bisikku. Tubuh Taipun langsung lunglai mendekapku tak bisa
berkata apa apa. Spontan kedua tanganku membalasnya dengan pelukan
mesra. Sesaat kami saling memeluk saling menumpahkan rasa sayang.
Kubelai rambutnya yang panjang sepunggung. Lembut dan harum. Birahi
nakalkupun tumbuh saat tangan kiriku merasakan tali bh dibelakang
punggung yang tebalut baju seragam putihnya tanpa mengenakan kaos dalam,
sehingga terlihat jelas tranparan dari depan bhnya yang berwarna cream.
Kuangkat
dagunya dgn tangan kananku. Sesaat mata Tari yang sayu memandang
kemudian memejam dan secara naluri bibirnya yang merekah kukecup.
Terdengar desahan napasnya yang mengemuruh. Aku yakin dia baru pertama
kali melakukan ini. Beda dengan ku yang sudah terlalu sering memerawani
gadis. Tentunya dengan Tari memang sangat bebeda. Biasanya aku selalu
dapat cewek yang agresif dan liar. SemenTari Tari begitu pasrah dan
lugu. Dekapan tanganyapun semakin erat kurasakan ketubuh seolah dia
ingin menyatu dengan tubuhku
Tangan
kananku mulai turun dan mengusap pinggulnya yang masih tebalut rok
abu-abu. Terasa olehku garis pinggir celana dalamnya yang menyiplak di
bagian luar roknya. Inilah membuat penisku tegang. Pikiranku mulai
ngeres. Apalai dia begitu pasrah saat bibirku menyapu lehernya yang
jenjang terus ke bawah , tanganku membuka satu kancing atas baju
seragamnya hingga memudahkan bibirku menyapu belahan dadanya. Dia pasrah
tak menolak sama sekali. Kubuka satu kancing atas baju putih itu
sehingga branya yang cream cerah itu terlihat menutupi dengan indahnya
buah dadanya yang padat berisi. Kurasakan dengan hidungku pinggiran
branya , kucium bagian tengah branya yang tipis hingga bibirkupun
merasakan puting itu dari balik bhnya yang terbuat dari bahan kaos
dengan sedikit berenda bunga dipinggirnya membuat bh itu begitu indah
untuk dipandang. Kudengar jantungnya berdegup kencang, dadanya turun
naik, napasnya begemuruh keras menandanya dia sudah masuk di pinggir
surga. Kalau sudah begini biasanya cewek manapun akan pasrah untuk
diapakan saja, yang jelas akan senang untuk dibawah melayang ke surga
dunia. Inilah yang sebut nafsu birahi. Tentu bagiku yang banyak makan
asam garam bermain seks, tidak ingin kuselesaikan permain ini selekasnya
seperti pengalaman saat aku di Jakata atau kuliah di negeri orang. Ini
pengalam pertama Tari. Aku ingin memberi kesan yang terindah baginya.
Anggaplah sepeti malam pertama.
“Ri maukah kamu jadi istri saya?” bisikku. Dia kaget menatapku.
“Kenapa kamu mentap beitu?”
“Tari takut dipermaikan, Mas” desanya
“Percayalah, aku akan selalu bersamamu” kataku. Diapun diam dan semakin erat dekapannya didadaku
“Coba jawab
Tari, mau ga kamu jadi istriku ?” dia memandang, lalu terdengar, “ Kan
Tari masih sekolah Mas, masa harus putus sekolah”
“Ya
maksudnya mulai sekarang anggaplah kita suami istri dan begitu kamu
lulus kita akan menikah.” Kataku. Dia pun semakin mengawang-awang tak
menjawab kecuali pasrah saat kembali bibirnya kucium. Sekarang semakin
mesrah dan mesrah sekali. Cium demi ciuman bibirku disambutnya dengan
amat mesra, tidak liar, Terkadang bibirku menyapu lehernya yang jenjang.
Diapun membalas dengan pejaman mata dan desahan sementara kedua
tangannya erat memegang kepalaku saat ku kecup bagian belakan
telinganya. Dia tak merasakan sedikitpun saat jari tengah dan ibu jari
tangan kananku membuka kancing rok abu-abunya yang tak bergesper. Bahkan
saat kuturun retseletingnya dia hanya mendesah saja, kecupan bibirku
kadang di dada, leher, balahan dadanya, di telingan dan bibirnya. Rok
itu tidak segera turun karena tertahan himpitan tubuh kami yan saling
berpelukan. Dengan tangan pula kukubuka kancing baju kemejaku hingga
terlepas dari tubuhku. Saat itu pula, turun pula roknya ke lantai saat
aku melepas bajuku. Tari yang menyadari dadaku, sekarang terbius dengan
dadaku yang bidang. Bahkan merebahkan kepala pas ke dadaku dan kusambut
dengan pelukan mesrah dan romantis. Kembali kami berciuman dan kubelai
rambutnya, punggungnya dan turun ke bawah mengelusi pinggulnya yang
tetutup celana dalamnya yang berwarna merah terang, sepeti merahnya
bendera Indonesia. Saat tangan kananku meraba dan meremas pantat yang
berlapis cd merah dia baru menyadari kalau roknya sudah di ujung kaki.
Spontan bibirnya melepas kecupan dari bibirku dan ingin mengambil roknya
di lantai dan memakainya kembali .Tapi kedua tanganku dengan sigap
mencegahnya dan memeluknya kembali
“Ri aku sayang kamu, aku ga mau lepas darimu” kataku dan rontaan kembali melemah dan merebah kepalanya kedadaku.
“ Ya mas tapi saya mau makai rokku dulu”
“Lo kok
dipakai lagi bukankah kita ingin merasa sepeti yang kamu bayangnya
smalaman. Ingin merasakan seperti yang susi, mila dan nova rasakan
besama pacarnya. Ri kamu sekarang udah jadi istriku. Rumah ini milik
ortuku juga milikmu. Nanti kita akan melaku di disini dan sekarang
disini” kataku menjelaskan.
“Tapi aku takut hamil, mas”
“Kalau kamu
hamil, aku akan tangung jawab. Lagian aku jamin kamu ga hamil dulu
sebelum kita menikah. Tenang aja aku tau bagaimana caranya supaya ga
hamil.”
“Benar?”
Tanyanya matanya menatapku. Aku mengganguk dan kembali bibirku mengecup
bibirnya dan turun mengecup buah dada yang masih terbungkus rapi dengan
branya. Bajunya sengaja tak kubuka semua. Masih menyisakan tiga kancing
dibawahnya sementara 2 kancing diatas sudah terlepas. Dia ingin
mengancing kembali tapi kucegah dengan tanganku
Aku ingin
menikmati dadamu yang indah. Dan kepalaku memedam dibelah dadanya yang
terbungkus bh dan baju seragam putih. Sementara tangan kananku meremas
dan membelai pantat yang terbungkus cdnya. Penisku protes tak enak
merasanya kemesrahan karena terhalang cd dan celana panjangku. Kubuka
celana panjangku. Langsung saja penis ku menyembul dari balik celana
dalamku. Kurasakan celana dalamnya Tari yang merah bergesekan dengan
penisku dibalik cdku. Hangat dan seperti ada getaran tersendiri. Terasa
seperti mengawang-awang. Semakin digeseknya semakin nikmat dan nikmat.
Lumatan bibirku di dadanya, di bibirnya, leher, belahan dada, di
punggung, pinggul. Gesekkan kedua pangkal paha yang berlainan jenis itu
telah benar-benar membawa kami ke surga. Tapi seperti yang aku inginkan
hari ini, aku ingin membuat malam petama bagi Tari di pagi cerah ini di
rumahku.
Kulepas
kecupanku di bibirnya. Bibirnya menggaga. Heran tak mengerti dengan
perlakuanku disaat dia sedang diamuk birahi tiba-tiba kuputus. Dadanya
naik turun, napasnya tesenggal-senggal. Jantungnya bertak keras. Ada apa
ini. Ya, aku tidak ingin melakukan ini tidak dengan nafsu yang liar
seperti cewek-cewekku terdahulu. Tapi aku ingin lakukan kemesraan ini
dengan penuh keromantisan. Biarlah setannya pergi jauh dulu.
“Ri kamu
udah jadi istriku, maukah kamu menganggap ini adalah rumahmu.” Seperti
biasa dia tak menjawab hanya merebah kepala di dadaku. Napas sudah mula
tenang, jantung kembali stabil.
“Aku belum
sarapan, kamu juga belum kan ? Kamu kan bisa bikin indomie buat kita
berdua.” Pntaku. Dia melepaskan dekapan dari dadaku dan kembali
menatapku serta menjawab dengan anggukan.
Dia ingin
mengambil rok dan memakainya. Tapi kularang. “Jangan dipakai dulu biar
hari ini menjadi suga dunia kita. Yuk aku tunjukan dapurnya.” Kuantar
dia ke dapur dan tempat menyimpan indomie. Diapun memasaknya tanpa rok
dipinggulnya bahkan bajunya dibiarkan 2 kancing atas terbuka sepeti
biasa. Aku membereskan pakaian kami yang berserak di lantai dan kuletak
di hangger dalam kamarku. Dan aku kembali kedapur. Ku lihat dari
belakang Tari yang asik memasak indomi, meyiapkan mangkok dan sendok.
Kutelan air liurku saat kutatap pinggulnya yang tetutup celana dalam
merahnya. Benar-benar bahenol. Tali bh belakangpun terlihat jelas
transparan dari seragam putihnya. Kupeluk dia dari belakang. Dia tidak
kaget. Bahkan tetap asik memasak indomie yang hamir matang. Kubisikan di
teliganya, “Ini pelayananmu pertama sebagai istri meyiapkan makan untuk
sang suami, yang kedua pelayanan batin sang suami.”
“Ah mas “
desahnya saat dada yang berbalut bh kuremas dengan tangan kiri
sementara tangan kanan mengelus paha dan memeknya yang agak basah
berbalut cd. Sementara penisku semakin tegang dan hangat di dalam cd ku
saat menyentuh pinggul Tari yang berlapis cd merah, semakin ditekan
semakin nikmat.
“Ri kita
makan satu mangkok berdua” kataku saat dia menuangkan mie ke mangkok.
Lalu kami makan mienya sambil duduk berpangkuang di ruang makan. Kami
saling menyuap. Tanganku nakal mengelus paha, celana dalam Tari dan
meremas buah dadanya.Taripun lirih dan tersipu sipu saat kami saling
memberi rangsangan. Tari seperti sudah larut dalam suasana, padahal kami
baru berkenalan dan saling bejanji hidup besama. Taripun seakan
terlarut bahwa kami seperti suami istri dan seperti sering melakukan
ini. Padahal belum, ini baru pertama kali. Adikku, si penis ingin sekali
merasakan liang surga vagina Tari yang terbungkus cd diatas pangkuanku.
Dalam pangkuanku kembali kukecup bibirnya. Kali ini seragam putihnya
kubuka semua dan kulempar jauh ke pojok kamar makan. Kuremas dadanya
dalam bra cream. Kucium bh itu.
“Aah mas,”
desahnya. Tari berdiri dan mengambil mangkok untuk di taruh ke wastapel.
Aku mengejarnya . dan kembali memeluknya. Setelah meletakan mangkok di
tempat cucian piring. Tari berbalik dan kembali kukecup bibirnya dan
kupeluk mesra tubuhnya yang indah itu. Kali ini justru aku yang semakin
tak sabar untuk membobol gawangnya Tai yang masih rapat tertutup celana
dalam merah. Mudah memang untuk merosotkan, tapi aku lebih memilih untuk
pemanasan dulu dengan saling membelai meremas dan mengecup, sehingga
setiap sentuhan meyalakan api asmara kami, sampai nantinya akan membakar
kami dalam lautan api cinta. Kedua tangan kiriku membelai punggung
Tari, sementara yang kanan menelusuri pantanya yang bercd merah. Sambil
berciuman tangan kananku menikmati halusnya cd meah Tari. Menelusuri
pingiran cd itu, turun mengusap usap kedua pahanya kiri dan kanan
bergantian dari dengkul hingga pangkal paha dan menyentuh memeknya yang
masih terbungkus cd merah. Terasa tanan kananku merasakan cd itu telah
basah. Penasaran tanganku masuk menyusup masuk ke cd Tari. Tari melenguh
tapi tidak melepaskan bibirnya dari ciumanku bahkan semakin erat
peluknyan saat telapak tanganku mengelus memek yang baru ditumbuh bulu
halus. Hangat rasanya. Sementara tangan kiri membelai punggungnya yang
putih mulus tanpa cacat. Terasa tali bhnya, bukan penghalang bagiku tapi
inilah pelengkap kenikmatan bercinta. Kecupan kami turun ke leher dan
ke dada yang terbunkung bh, lalu dengan kedua tangan kubuka pengait bh
yan berada dipunggungnya. Maka terbukalah apa yang selama ini
disembunyikan Tari di dadanya. Dada berukuran 34 tidak kecil juga tidak
besar. Serasi dengan tubuhnya yang 165. Sambil berdiri kukecup dada itu
kanan dan kiri lalu putingnya ku sedot, kugigit kecil putting dari kiri
ke kanan dan sebaliknya, sementara kedua tanganku meremas remas
pinggulnya. Kedua kaki Taripun mulai bergetar tak tahan menyanggah
tubuhnya yang berat karena api cinta dan tersandar ke tembok dapur
sementara mulutku terus menikmati buah dadanya yang ranum, dan tangan
kananku mengelus-elus memeknya dari balik cdnya. Kini kami sudah dimabuk
asmara, desahan napas kami seperti napas kuda. Kembali kekecum bibinya
mesrah. Tangan kananku menurunkan cd meranya hingga dengkulnya lalu
dengan kaki kanan ku kuinjak cd itu hingga lepas dari kakinya. Lalu ku
buka cdku sendiri dan menyembullah adik kecilku bediri tegang 20 cm
panjang dengan garis tengah 5 cm. Tidak besar dan panjang tapi cukup
untuk memberi kenikmatan bagi gadis seumur Tari yang masih virgin.
Penisku menyembul nyembul menyetuh memeknya yang hangat saat masih
berdiri berpeluk erat mencium bibirnya. Mengesek geseknya menyetuh paha
kanan dan kiri. Wah hangat dan nikmat. Sesaat kulepas ciuman di bibir
dalam keadaan berdiri berpelukan kami saling memandang dan menelan air
liu. Napasnya masih menyisakan engaan. Tatapan mata Tari , ngangga
bibirnya yang mengisyaratkan agar saya segera menyelesaikanya.
Kamu mau,
tanyaku. Tari mengangguk. Lalu kubopong tubuhnya ke kamaku dan kubaring
di sping bed berspray pink tanda cinta kami bersemi dikamar ini. Spray
ini akan jadi saksi bukti cinta kamu berdua. Kulebar kedua pahanya agar
adikku mudah masuk. Agak susar memang pertama, karena Tari masih
perawan dan penis ku agak sedikit besar. Topi bajaku sdh siap di belah
memeknya, ditekan seperti agak serat, tapi tak apalah kukecup lagi
bibirnya, kuremas dadanya dia agak mengerang dan pahanya terbuka hingga
sedikit demi sedikit topi bajaku masuk 3 cm ke dalam memeknya kukenyot
lagi dan dia mengerang pinggulnya naik ke atas dan penisku masuk 7cm ku
cabut 3 cm masuk lagi 10cm tinggal setengah lagi. Kurasakan hangatnya
bibir memek Tari, sepertinya darah sedikit keluar menandakan keperawanan
sedikit terkoyak penisku
“Tari, aku
sayang kamu!” bisikku. Tari menjawab dengan dekap erat hingga membuat
penisku dengan sendirinya masuk ke dalam memeknya. Pinggulnya mengejang
naik menjadikan pantat kami saling berhimpitan hingga penisku telah
masuk seluruhnya habis dalam memek Tari yang cantik itu. Aku rasakan dan
kunikmat memek Tari yang berbeda degan cewekku yang lain karena baru
Tari cewek yang perawan. Yut yut … yut dan hangat terasa di kulit
kontolku. Ketika kunaikan pantatku bibirnya mala menyambar bibirku dan
kamipun terbuai mengeluar masukan penisku ke liang memeknya sambil terus
berciuman. Tiga puluh menit sudah kami bercumbu, darah perawan Tari tak
dihirau telah menetes di bawah spray pink, kini berganti dengan
kenikmatan yang tiada tara. Empat puluh lima menit sepertinya penis akan
menyeprotkan sperma, ku tahan sebentar di dalam memeknya, aku berpikir
apakah aku akan mencabut dulu kontolku dari liang kenikmatan Tari
kemudiam memakai kondom yang telah kusiapkan atau kukeluarkan sperma
diluar liang vagina Tari agar tidak terjadi kehamilan di kemudian hari.
Napas kami yang tadinya naik turun tidak karuan, kini mulai stabil
kembali karena aku menahan tidak mengeluarmasukkan penisku tapi kutahan
sejenak di liang itu. Mata Tari pun muliai terbuka, kusambut
tatapanmatanya dengan senyuman dan dibalasnya pula denga senyuman
manisnya. Bahagia sekali rasanya kami bermesraan ini. Aku yakin dia
sudah keluar, terbukti liangnya semakin licin oleh cairan.
“Ri, kamu mentruasinya berhenti tanggal berapa?” tanya ku.
“Baru tiga
hari lalu mas!” jawabnya sambil memelukku. Berarti sekarang bukan masa
subur. Artinya kalau sperma kukeluakan di dalam memek, tidak akan hamil.
Wa benar-benar kebahagian yang tiada tara. Artinya dapat kenikmatan
yang tidak terputus. Maka ku putuskan untk mengeluarkan spermaku di
dalam memeknya. Bagiku berniat hari ini akan kujadikan satu hari penuh
ngetot bersama Tari. KuTarik kembali penis, kumasukkan kembali. Tak
terasa waktu sudah 1 jam dan sepertinya kenikmatan sudah di kepalaku.
Aku sebenar bisaa menahannya tapi aku tidak lakukan. Kami berpelukan
erat dan dorongan pantatku naik turun semakin cepat dan seperti spermaku
sudah di ujung topi baja dan …aaaahhhh…. crot… cret… crooot. pantatku
menekan keras kebawah sementara pantat Tari menekan keras ke atas.
Sesaat kami menegang berdekapan erat dan bibir kami saling memanggut.
Napas kami saling bergemuruh dan perlahan-lahan melemah dan stabil
lagi. Aku tergolek lemah di samping tubuh Tari sambil memandang ke
atas. Tapi anehnya senjataku tetap tegang, kerena memang sebelum
menjemput Tari dari rumahnya, aku minum jamu jakban dan kapsul black ant
2 kapsul. Hasil terbukti penisku tidak loyo, cuma telingaku dan tubuhku
agak hangat.Kuliat mata Tari meneawang ke atas, air mata menetes di
sebelah matanya
“Kenapa?” tanyaku padanya
“Saya takut, Mas akan meningalkan Tari.” Jawabnya.
“Percayala
sumpah samber geledek, saya tidak akan meninggalkanmu” rayuku
menyakinkan hatinya yang gundah sambil mencium kembali bibirnya mesra
dan meremas-remas teteknya yang keras munjung trgak ke atas.
Tari pun
bangun kemudian ke kamar mandi mencuci memeknya, begitu juga aku. Kucuci
kontolku yang masih tegang. Sesaat Tari bejalan ke dapur mengambil
celana dalam dan branya yang beserakan dilantai ruang makan kemudian
memakainya. Aku mengikutinya dari belakang tapi aku tak mengenakan
celana dalamku. Dalam keadaan telang bulat aku berdiri di pintu dapur.
Kuliat tubuh Tari yang sudah mengeanakan bh dan cd membuka kulkas
mengambil air dingin dan meminumnya. Kuikuti Tari dan kutekuk juga air
yang diambilnya dari kulkas
“Kok celana ga dipakai mas?” Tanya menenggok melihat senjataku yang tetap tegar.
“Ga ha, kan mai main lagi.” Jawabku lancer.
“Ah, emannya ga cape, Mas?” sambungnya.
“Ga tu liat
aja, adikku masih tegak.” Kataku. Memang kontolku masih berdiri tegang.
Waktupun jam dinding masih menunjukkan jam 10 pagi, arti kita bisa
menikmati sekali lagi dan rencananya jam 12 siang aku akan mengaajak
Tari ke mall untuk beli pakaian dan jam 3 sore baru pulang. Jam 4
kembali ke rumhku untuk ngentot lagi barang sekali. Karena aku benar
-benar kecanduan mau ngewekin memeknya Tari setiap hari.
Akhirnya
kuTarik kursi makan, kuletak kaki kiri Tari di atas kursi kemudian ku
usap cdnya, kusibakkan sedikit pinggirnya, hingga terlihat belahan
memeknya. Kontolku yang masi tegang kuarahkan pas di depan memeknya
dannnn… tekan sedikit demi sedikit jadilah gaya ngentot berdiri sambil
berciuman tanpa melepaskan cd dan branya ah…. Nikmatnya orang ngewe.
Kulaku ini sambil berpelukan mengusap punggung dan pinggulnya masih
tertutup cd merah. Tiga puluh menit sudah pantatku maju mundur. Kali ini
lebih lama dari pertama. Mungkin karena tenagaku tak semenggebu petama
hanya dorong seks saja yan masih sama. Hampir 1 jam sudah kugenjot memek
Tari. Lalu ku gendong Tari tanpa melepas kan memek dari patokan
kontolku. Kubawa keliling ruang dalam rumahku dari depan belakang bahkan
sampai garasi dalam. Yang kurasakan adalah halusnya cd merah Tari ikut
membuat libido tak tuun sedikitpun. Satu setengah jam sudah kami
melakukan hubungan badan ini, spermaku hampi keluar, kubaringkan dia di
sofa depan. Dan kutindih kembali tubuhnya yang polos itu. Kontolku
semakin cepat mengeluarmasukan di dalam memeknya. Ketika spermaku mau
keluar, kucabut kontolku dari liang vagina Tari dan kukocok dengan
tangan kananku maka cairan kental spermaku muncrat crotttt …mengenai
wajah Tari, yang kedua ctreeet …kena bhnya,crtttt…. perutnya basah oleh
maniku dan terakhir sisanya mentetes di cd merahnya stttttsss….Mataku
berkunang-kunang dan ambruk loyo.
Waktu sudah
menunjukan jam 12 siang, seperti janjiku akan mengajak tari ke mall.
Tari pun telah menyiapkan baju pengganti di tasnya bukan baju seragam
melainkan dia mengenakan celana panjang jean dan t shirt. Kami
berangkat, pertama makan siang duludi mc donal, baru kemudian memili
baju yang akan dibeli dan yang pakai penting membeli bh dan celana
dalamyang sesuai keinginanku. Tidak macam model bukan string yang
sebenang atau thong yang lebar seperti celana pendek. Aku tidak suka
model itu, tidak natural. Biasanya aku cocok cd atau bra merk Wacoal
seperti yang ada di internet youtube Wacoal panty, ada putih , hijau,
biru kuning atau pink, begitu juga bhnya. Hampir 2 juta aku menghabis
untuk belanja pakaian dan pakian dalam pacarku Tari. Tidak sebanding
dengan gajiku yang cuma satu juta sebulan. Kerana papaku kaya didompeku
banyak atm yang selalu disi oleh mama setiap bulan. Tidak sesuai rencana
jam 5 sore aku baru kembali ke rumah ku. Tari semula menolak karena aku
memintanya dia tak sampai hati menolakku. Sesampainya di rumahku ia
langsung menyiapkan makan malam untuk kami bedua.
Selesai
makan, selepas magrib dia mandi dan kusuruh menganti baju dan pakain
dalam yang baru kami beli di mall. Kali ini aku memakan malam besama.
Tari memakai blues tidur berwarna kuning. Sepintas terawang bra dan
celana dalamnya. Aku yakin dia memakai bra dan celana dalam yang baru
dibeli tadi, karena bra yang dan cd yang tadi pagi dipakai sudah kotor
dan ada ditempat cucian kotorku besama cdku yang juga tadi aku pakai.
“Ri, kamu bell ortu! Bilang kamu nginap di rumah Susi!” pintaku.
“Malam ini
aku tidak mau kehilangmu, please! Please !” Dia memandang ke arah aku.
Aku yakin dalam hatinya dia pun juga tidak mau kehilanganku. Apalagi
kegadisanya sudah ku nikmati tadi pagi dengan amat mesra dan romantis.
“Ri. maukah
malam ini kamu bersama ku!” pintaku lagi. Awal menolak tapi karena rasa
cintanya kepada ku dia turuti. Dia mengambil hpnya kemuadian menelpona
bapaknya.
“Pak, maaf
ya malam ini aku menginap di tempatnya Susi, karena aku kasihan ama Susi
sendirian di rumah minta ditemani. Oangtua mendadak keluar Kota. Boleh
ya Pak! Boleh ya !” desaknya kepada bapaknya.
Terdengar
bapaknya akhirnya mengizinkan walaupun berat, tetapi kraena Susi sudah
sering main kerumanya dan sering bermalam di rumahnya, sudah dianggap
saudara olehkeluarganya makanya bapaknya percaya. Ini berarti hari ini
benar-benar malam pengantin bagi kami bedua. Spotan perasaaanku
berbunga-bunga langsung kupeluk dirinya dan ku kecup bibirnya yang
segar merekah. Tanganku spontan meraba dan membelai tubuhnya yang
berlapis blues malam. Terasa oleh tanganku tali bh dipungungnya dan
tepian celana dalam di pinggulnya dari bali blues malamnya. Ingin asa
aku menahan untuk tak membuka blus kuning gading, tapi karena rasa
nafsu yang besar akhinya blus itu turun ke lantai di ujung
kaki-kakinya. Dalam keadaan berdiri berpelukan kubuka shot dan kaosku
hingga kami hanya mengenakan pakain dalam saja. Aku memakai celana
dalam. Tari menenakan bra biru muda yang amat serasi dengan celana
dalamnya yang biru muda pula. Ini yang membuat ujung penisku basah.
Dalam keadaan berdiri kami saling berciuman dan saling memberi
rangsangan degan membelai punggung, rambut dan pinggulnya. Sesekali
kubelai pahanya yang jenjang. Kanan dan kiri bergantian. Napas kami
mulai bergemuruh. Kuangkat tubuh Tari dan kuletakan di atas karpet
lembut diruang tengah tempat aku biasa menonton Tv. Kami berbaring
berpelukan seakan tak mau kehilangan masing-masing. Bergulingan ke kanan
dank ke kiri. Raba dada, memek yang masih terlapis kain biru muda.
Sementara tv menayangkan adegan yang film yang sama kami lakukan. Karena
aku mengunakan jaring parabola dan aku sering menoton film korea yang
erotic itu. Kali ini pahanya yang kucium, kujilat dari dengkul hingga
pangkal paha kanan dan kiri. Tak ketinggalan pula memeknya yang berlapis
cd biru mudanya basah kuciumi. Harum karena cd itu masih baru ditambah
harum memeknya yang khas membuat rangsangan kami jauh melayang.
Kubalikan tubuh Tari tampak punggungnya putih mulus, pinggulnya yang
padat berisi berbalut cd biru yang pas ukurannya dengan tubuhnya,
serassi melekat di pantatnya. Tak ada kerutan sama sekali. Penisku
semakin tegang menuntut untuk segera diselesaikan.
Kusibakan
rambutnya dari punggungnya tampak tali bhnya. Kubuka kaitanya kaena
menghalangi sapuan lidah ku dipunggungnya dari atas ke bawah ke pinggang
begitu seterusnya. Hingga pinggulnya yang masih terbungkus celana dalam
itu tak lepas dari sapuan lidahkku. Hingga turun kebelahan pantat
bawah ke atas lagi dan beralih ke pangkal paha hingga dengkul,
bergantian lagi ke paha kiri pangkal dan kembali lagi ke pinggul sintal
yang mengemaskan itu. Keremas, kucium, kujilat Tari dengan gigitan
lembutku celana dalam birunya. Begitu seterusnya hingga jam kali ini
telah menunjukan pukul delapan. Untung tari sudah izin degan ortunya
hingga kenikmatan bisa dinikmati seutuhnya tanpa putus. Kubalikan
kembali tubuhnya. Kini giliran memeknya yang terbungkus cd kembali
kujilati naik ke perut dan pusarnya yang kuserang dengan bibir dan
lidahku. Naik lagi ke dada yang tertutup bra biru muda yang kuserang
dengan bibirku. Bra itu masih baru pula harum baunya di ujung hidung
tersapu bibirku. Dengan gigitan mesra bra itu kulepaskan dengan mudah
karena pengaitnya sudah kulepaskan sebelumnya. Tapat di hadapan mataku
buah dada yang ranum yang tak disia-siakan bibir dan lidahkau. Kusapu
dengan lidahku, kukeyot-kenyot puting kanan dan kiri, kucium dan jilat
belahanya hingga ke leher dau turun lagi ke belahan dada dan begitu
seterusnya yang membuat adik penisku tak sabar menuntut untuk dilepaskan
dari sangka cdku. Kulepas cdku hingga aku sudah telajang bulat. Penis
yang tegang menyodong-nyodok memeknya yang tebungkus celana dalam
berbahan kaos nyilon biru muda. Bibirku dan bibirnya kini saling
bepanggutan, berpelukkan. Dengan kedua dengkulku behasil melebarkan
kedua pahanya hingga terbuka menyembulkan vagina yan agak besar munjung
dari balik celana dalamnya. Dengan dua jari telunjuk dan tengah tanan
kananku behasil menyibakan pinggiran celana dalamnya hingga memudahkan
kontolku masuk kebelahan memeknya yang lembut berbulu halus
perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, hingga terbenam kontol yang 20 cm
panjang kini berada dalam memek Tari yang hangat, terasa oleh kulit
kontolku kontraksi dalam memeknya perlahan, namun terasa benar-bena
nikmat di ujung topi bajaku. Jembut di alat vital ku mengesek cdnya,
memeknya dan sedikit bulu lembutnya.
Kunaikturunkan
pantat dalam keadaan terbaring berpelukan, berciuman eat. Cd birunya
tetap menempel di pinggul, sehingga tangan kananku masih bisa meremasi
pinggul dan membelai cd birunya. Tak terasa satu jam sudah kami
terangsang nafsu birahi, dengan sekali tekanan, spermaku menyeprot
dalam memeknya, prottt… crottt, sesaat tubuh kami menegang dan lemas
dalam keadaan bertindihan. Tv dengan tetap setia menampil film romantis
yang erotik dari parabolaku.
Tak terasa
kami tertidur di ruang tengah. Aku baru terbangun ketika waktu
menunjukan pukul satu dini hari. Tari tertidur di sampingku dengan
mengenakan cd saja. Aku kasihan dengannya yang setia melayani kebutuhan
aku sebagai laki-laki yang haus seks. Dia sudah amat lelah. Kuangkat
tubuhnya ke spiring bed dalam kamarku, kubuka cd birunya yang basah,
kulap memek dengan cdnya tadi. Kuselimuti dia. Dalam selimut dia kupeluk
dan kucium mesra mata terbuka sesaat, bibirnya tesenyum sebentar
padaku. Mungkin karena lelah matanya terpejam kembali. Tapi memang dasar
nafsu kusumat, kontolku tak bosan-bosan ingin segera dimasukan ke liang
memeknya. Aku kasihan dengan Tari yang tergulai lemah, sementara
kontolku ga mau tahu. Akhirnya cara yang bijak, aku tidur bersamanya
dengan cara berpelukan dan membenamkan kontolku yang tegang ke
dalamnya. Aku tertidur hingga pagi. Tapi anehnya kontolku ga tidur.
Hingga aku terbangun pukul 5 pagi kontol tetap tegak dalam memeknya.
Memang aku tetidur, dalam tidurku aku bermimpi bercinta dengan Tari.
Mungkin inilah yang membuat kontolku tidak loyo. Nikmat memang semalaman
kontol berada dalam memek. Tari tesetak dari tidurnya dan terbangun
kaget. Segera dia berajak dari tempat tidur hingga kontolku terlepas
dari bibir memeknya. Dia berlari kekamar mandi untuk membersihkan
tubuhnya. Kulihat kontol yang semalamanya dalam memeknya kulitnya
menjadi agak putih bekas disekap semalaman dalam memeknya.
Akupun
berlari ke kamar mandi bukan untuk madi besama Tari. Tetapi justru
memeluk Tari dan mengajak becinta lagi, tapi kali ini Tari menolak.
“Mas aku mo
ke sekolah, kemarin aku bolos. Ga kan !” kata sambil mengambil handuk
dan melilitkan ke tubuhnya untuk berjalan ke kamar. Aku agak kecewa
memang, tapi aku harus mengerti, seharian kami telah melakukan 4 kali,
bukan angka yang pantatis memang. Banyak pengantin baru melakukan sampai
7 atau 9 kali semalaman. Kubersihkan tubuhku dengan ini kumudian aku
berjalan ke kamar sambil melap tubuh dengan handuk. Kulihat Tari sudah
mengenakan celana dam putih dan bra putih yang juga baru dibeli di mall
kemarin. Semua pas ukuran dengan tubuhnya. Dia menyisir rambutnya
menghadap cermin, sementara seragam putih abu abu siap dipinggi tempat
tidur. Kuambil sisirnya dan kubantu menyisir rambutan lurus panjang
sepunggung itu , kubantu keringkan dengan hair dryer. Tari hanya
temanggu melihatku dari cermin didepannya. Seperti ada yag ingin dia
katakan.
“Maaf ya
mas, tadi bukan aku menolak tapi aku tidak ingin bolos aku kasian yang
ortuku yang membiayai aku, aku takut ga naik kelas!” katanya sambil
diri menghadap cermin.
“Ga pa pa, aku tahu cape.” Kataku.
“Ga mas ga cape, Cuma ..” balasnya
“Cuma takut ga naik kelas dan oang tua mu marah, gitu kan!” kataku lagi menegaskan.Dia mengangguk mempenegasanku itu.
“Tari,
sekolah itu punya keluargaku, sebagian besar modalnya milik papaku,
Kalau masalah sekolah aku jamin mulai sekarang tanggungjawabku, dan
setiap bulan akan kuberi kamu uang saku untuk kebutuhanmu.” Sambungku.
Spontan Tari membalik tubuhnya.
“Betul mas?”
tanyanya, aku mengganguk dia kembali memeluk tubuhku, kembali kami
berciuman dan berpelukan sambil berdiri. Terlihat olehku melalui cermin
di belangkang, rambutnya yang hitam mengkilap lurus sepunggung menutupi
tali bh belakangnya, punggung yang bersh dan pinggul yang sintal
tertutup celana dalam yang putih bersih. Tak pernah bosan tangan kananku
mengusap-usapn pantat yang telapis cd itu, sementara tanan kiriku
membelai punggungnya. Kecupan kami terlepas.
“Mas mau lagi?” tanyanya mengajakku behubungan kelamin lagi.
“Kamu kan mo sekolah?” kataku
“Aku
terserah mas aja, sekolah itukan milik orang tuang mas. Berarti tidak
ada lagi menghalangi lagi kita bercinta walaupun waktu sekolah
tergannggu. Iya kan mas?” jelasnya.
“ Sekarang
kamu pintar” kataku langsung menyerbu bibirnya. Spntan kontol tengang
hingga menyetuh memeknya yang menyembul dari bali cd putihnya.
“Sebentar
aja ya sayang, na ti kita berangkat sekolah bersama.” Kataku padanya. Ku
buka bhnya. Kemudian aku jongkok untuk menurunkan cd putihnya dgn kedua
tangan ku. Saat aku jongkok dan di hadapan mataku terpampang gundukan
memek yang yang menyembul naluri laki lakiku timbul dan langsung mencium
belahan memek yang berlapis kain putih. Kubenamkan seluruh wajahku ke
belahan pangkal paha itu.
“Katanya
sebentar !” terdengar suara Tari dari atas sambil tersenyum. Dan aku
balas dengan segera menurun cd putihnya hingga lolos dari kakinya .
Kusuruh Tari agar tangan memegan pingiran meja rias dibelakangnya.
Sehingga dia dalam posisi nunging. Kedua kakinya kulebarkan hingga
memudah kontol menjangkau belahan memekn yang menghadap kebawah.
Biasanya kalo seks nunging orang memasukan penisnya lewat dubur
lawannya, aku ga suka itu, karena seret dan kurang nikmat. Aku lebih
suka kontolku yang tegang menghadap keatas kumasukan ke liang memek yang
menghadap ke bawah. Gerakanku bukan sekedar maju mundur tapi maju
mundurnya agak keserong ke atas dan bawah. Kulakukan ini agak perlahan.
Dua puluh cm panjang kontolku, tidak terlalu pendek hingga bisa
menjangkau memek Tari. Tari tidak terlalu gemuk, 48 kg, tidak kurus
juga tinggi tubuh yang 165 cm. Kupegang pantatnya sintal, kuelus pahanya
kanan dan kiri kubelai pinggang dan punggungnya semakin lama semakin
cepat gerakan dan dan napas Tari pun semakin terdengar, kakinya terasa
gemetar, hingga kutarik tubuhnya yang padat berisi itu hingga terduduk
berpangkuan denganku dipinggir spring bed. Punggung menyandar lemas di
dadaku. Buah dadanya kuremasi dengan dua tangan ku. Susah memang
memasukan kontol dalam posisi duduk seperti.
“Ri duduknya
berhadapa aja.” Pntaku. Tari pun bediri dan berbalik menghadapku. Kedua
kaki nya menaiki tempat tidur dan kemudian jongkok aku membantu
mengarahan kontolku dengan tangan kanan pas di belah memeknya yang
mengangga. Hingga kontol ku masuk semua kedalam memeknya. Dalam posisi
ini mulutku dengan lahap melumat seluruh buah dadanya. Sementara Tari
menaikturunkan pantatnya hingga kontolku keluar masuk ke memeknya,
kulihat dia semakin lama semakin tak kuat untuk menaikan pantatnya
karena sudah terbakar nafsu, maka spontan kugendong dirinya dan
meletakan pantanya diatas meja rias dan seketika itu pula botol-botol
pafum di atas jatuh berserak di lantai. Aku tak perduli kutarik tekan
kontolku ke memeknya hingga pelukan kami semkin erat dan menegang.
Pantatku menekan keras ke memeknya, jembutku beradu dan begesekan dengan
jembut halus milik memek Tari. Cairan kental pun muncrat ke dalam memek
Tari. Sesaat kami berdekapan dan pelahan-lahan melemah. Kemudian kedua
bibir kami saling mengecup mesra mengakhir pengamalan kami yang
berkesan. Tari pun tersenyum paku.
Jam 7.30
kami berangkat kesekolah, terlambat memang, tapi di sekolah itu tidak
ada yang berani memarah kami, karena sekolah itu adalah milik yayasan
keluarga ku. Dan tanpa sepengetahuan siswa dan guru lain kami pun
bertunangan ketika orang tuaku menenggokku ke Surabaya. Inilah yang
membuat Tari begitu percaya padaku. Tentu saja selama hampir dua tahun
kami melakukan hubungan suami istri tanpa kondom, keran Tari rutin
suntik kb tiga bulanan. Bahkan ortunya tak melarang Tari menginap
dirumahku, yang pentidak membuat malu keluarga, sepintas hubungan kami
seperti biasanya di mata orang lain, alim dan tidak menunjukan
tanpa-tanda intim. Tapi dibelakang permainan seks kami sangat memuaskan
dan tak terlupakan. Selama itu pula melakukannya paling sedikit dua kali
seminggu. Dimana saja. Kadang di mobil dalam garasiku, kadang di wc
sekolah atau uang osis saat siswa dan guru lain belajar. Dan yang paling
sering adalah dirumahku. Kadangdiluar saat kegiatan LDKS atau persami.
Saat Tari lulus kami langsung menikah. Saat itu aku berusia 25 tahun dan
Tari 19 tahun. Kini aku berusia 35 tahun dan telah menjadi kepsek, Tari
telah memberiku 3 anak, petama berusia kelas 5 sd, kedua tk dan yang
kecil baru dua bulan. Walaupun begitu kami tetap rutin melakukan
hubungan suami istri setiap hari. Tubuh Taripun tidak berubah tetap
cantik, seksi dan sintal, karena memang dia rajin beolahraga senam dan
menjaga kecantikanya sejak dia sekolah dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar